Home Blog Ia Yang Gigih Tanpa Pamrih | Mengenang Ibu Ade Rostina Sitompul

Ia Yang Gigih Tanpa Pamrih | Mengenang Ibu Ade Rostina Sitompul

1 comment

“Thanks to Bung Har Wib yang sudah mengijinkan tulisannya aku posting di blog ini. Tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengenang kontribusi beliau dalam perjuangan memanusiakan manusia

Bu Ade, begitu ia akrab disapa, telah berpulang. Seorang perempuan hebat, ibu dan sahabat semua aktivis dan kalangan manapun. Saya mengenalnya mungkin lebih belakangan ketimbang banyak kawan-kawan –termasuk seorang yang kemudian menjadi teman hidup saya– yang lebih dulu dekat dengannya.

Pengurus Yapusham saat itu memasukannya dalam nominasi Anugerah Yap Thiam Hien. Tak ada debat ketika Dewan Juri yang terdiri dari beberapa di antaranya Romo Mangunwijaya dan Gus Dur memutus bulat menetapkanya sebagai penerima penghargaan tersebut tahun 1995 bersama-sama dengan para petani Jenggawah.

Salah satu dasar terkuat memberi penghargaan itu padanya, ia sedikit dan lebih sekedar seorang pekerja sosial yang bertahun-tahun malang melintang keluar masuk penjara untuk mengurusi para tahanan politik rezim Soearto. Masa di mana tidak mudah dan sangat beresiko untuk berani melakukannya. Ia dengan tulus riang gembira mengunjungi, berbincang, memfasilitasi kebutuhan para tahanan dan narapidana politik: di Cipinang maupun penjara lainnya, mulai dari tapol 65/66, Aceh, Papua, Xanana Gusmao hingga kawan-kawan PRD kemudian setelah peristiwa 27 Juli 1996. Semuanya ia lakukan dengan riang gembira, tanpa pilih kasih, tanpa membedakan agama, etnis apalagi keyakinan politik.

Menanggapi Peristiwa Santa Cruz, 12 November 1991, bersama Asmara Nababan dan para aktivis HaM dan lintas agama lainnya, ia membentuk Joint Committee for East Timorese untuk melakukan penyelidikan dan advokasi peristiwa penembakan serampangan terhadap para demonstran itu.

Sejak saat itu aktivitasnya tak pernah lepas dari lingkaran gerakan masyarakat sipil, mantan tapol/napol dan banyak organisasi non-pemerintah di mana ia menjadi pendiri atau angggota kehormatan: Fortilos, TRUK, KontraS, Imparsial, Setara Institute, untuk menyebut beberapa di antaranya. Seorang ibu cantik dengan asesoris dan rambut disanggul rapi yang selalu hadir dalam setiap momen penting: mencurahkan tenaga, perhatian, pikiran serta pandangan dan saran-sarannya yang unik.

Seorang kawan berkisah, ia dengan gagah berani berjibaku menembus keluar masuk ke Jakarta-Dili menjadi kurir barang berharga dan pesan penting dari penjara. Kadang atas prakarsanya sendiri. Clandestine. 10 tahun setelah Timor Timur merdekea, 2009, ia menerima penghargaan kenegaraan dari Republik Demokratik Timor Leste. Suatu nilai yang sangat pantas baginya dari suatu bangsa yang berdaulat yang telah berjuang untuk pembebasan nasional dan tahu menghargai perjuangan manusia.

Andilnya pada gerakan reformasi hanya konsekuensi saja dari integritas dan pengabdiannya kepada mereka yang tertindas, mereka yang diabaikan, kepada para korban/ survivor hak-hak manusia, pada jantung kemanusiaan.
Setahun yang lalu, saya acap berjumpa dengannya, hampir setiap minggu, saat mengantar bapak mertua menjalani terapi akupunktur di klinik pak Putu Oka, Rawamangun. Kami sering mengobrol ke sana kemari, berdiskusi sambil menilai perkembangan situasi politik mutakhir, tanpa nuansa nostalgik seperti layaknya ngobrol dengan para sepuh.
Ia tak pernah mengeluh berlebihan atau geram tentang situasi politik terkini. Meski ia sangat kecewa tapi tetap kritis, terutama pada soal yang menjadi keprihatinannya akhir-akhir ini: persekusi berdasarkan agama/ keyakinan minoritas.
Sering saya baru tersadar, sedang berbincang dengan seorang perempuan lansia, lebih 70 tahun usianya. Bu Ade tak pernah menunjukkan kelelahan itu; tetap riang, keibuaan dan cantik, bersemangat. Itu sebabnya saya selalu dengan senang hati mengantarnya pulang ke panti jompo, di bilangan Kramat V, rumah bersama teman-teman sebayanya agar merasa tetap mandiri, begitu ungkapnya suatu ketika, dan selalu gaul.

Saya selalu mencium pipinya jika lama kami tak jumpa. Dan ia selalu menitip salam pada istri dan bapak mertua saya saat berpisah. Kehangatan, kasih sayang dan perhatian yang sama bagi siapapun yang mengenal kiprahnya. Kini ia telah berpulang, juga dengn gigih di akhir hayatnya, hingga jalan tenang menghampirinya. Kami kehilangan kehangatan, keprihatinan dan perjuangannya yang tulus selama ini. Tapi kami tak akan pernah kehilangan semangat juang, dan kegigihannya pada kemanusiaan. Kami bangga menjadi anak-anak dan sahabatmu, tapi sekaligus sangsi: siapa yang mampu menggantikanmu? Selamat jalan Bu Ade. Beristirahtlah dengan tenang di sisiNya.

Sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150288287652328
Tulisan lainnya: Ibunda Dua Bangsa: Obituari untuk Ade Rostina Sitompul

You may also like

1 comment

Odi Shalahuddin 11/07/2011 - 08:17

Turut berduka cita sedalam-dalamnya
Selamat jalan Bu Ade
Doa kami, Tuhan akan memberi tempat terbaik di sisi-Nya
Doa kami
akan bermunculan para ibu lain yang berjuang tanpa pamrih
berpihak pada orang-orang kalah, yang terabaikan, yang tertindas, yang terlanggar hak-haknya
dengan kayakinan dan keberanian untuk tetap menggemakan suara dan kepentingannya….!!!
Salam Syaldi..

Reply

Leave a Comment

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy