Di persimpangan jalan itu
Masih tercium di hidungku ini
Bau segar mesiu yang baru dimuntahkan
Berpuluh-puluh mayat berserakan terlihat dimataku ini
Bau anyir darah segar memuakkan
Sang maestro api perlahan dan pasti
Membakar, menghanguskan semua yang ada di pelukannya
Kepulan asap mewarnai malam gelap
Gemerutuk kayu terbakar memecah keheningan malam
Wajah ketakutan terpancar dari wajah
Wajah seorang bocah yang masih berdiri di seberang jalan
Api masih menari dengan lincah di rumahnya
Ayahnya ada di dalam, Ibunya ada di dalam
Kakaknya ada di dalam, semua keluarganya telah hilang
Sang pemimpin angkuh di balik mejanya
Tertawa lantang atas kesuksesannya
Saat benaknya yang mulai menghitam
Nasfu kekuasaan menguasai jiwanya
Titisan setan telah memenuhi alirah darahnya
Dan dia mulai menghitung dengan jarinya
Dan mulai berpikir besok dimana, lusa dimana
Prajurit yang setia pada komandonya
Yang seharusnya menjadi pelindung rakyat
Sekarang malah menjadi pembasmi rakyat
Bagaikan sepotong robot tanpa hati nurani
Berapa banyak lagi tumbal yang harus jatuh
Berapa banyak lagi anak-anak akan kehilangan ayahnya
Ibunya, saudaranya, pamannya, dan keluarganya
Habis sudah suara kami
Berteriak mencoba menggugah hati sang pemimpin
Oh….. mungkin sang pemimpin kita…
Sedang bermain di negeri mimpi
Syaldi, 24 November 1999, 02.40
378
previous post