Penyerangan yang dilakukan oleh FPI yang menggunakan nama Laskar Muslim kepada peserta aksi damai yang diorganisir oleh AKKKB telah menjatuhkan banyak korban. Alih-alih mengakui tindakannya, FPI kemudian menuduh AKKKB mendukung Ahmadiyah sehingga menjadi legitimasi dari tindakan kekerasannya. Kronologis ini adalah sekelumit kejadian besar yang telah diputarbalikkan oleh banyak pihak.
13.00 Tim Jurnal Perempuan standby dan tiba di gerbang Gambir dekat pintu masuk Monas
13.20 Bergabung bersama tim AKKKB, berjalan perlahan menuju ke lokasi tengah Monas, tepat di depan Monas, ternyata sebagian anggota tim AKKBB sedang check-sound dan mengatur barisan untuk memulai acara
13.30 Ketika Tim JP sudah bergabung, dari arah lain, gerombolan orang-orang berjubah putih, memakai slayer/syal warna putih hijau berlambang pedang, memegang bambu runcing dan besi hitam panjang, mendatangi ke arah tim AKKBB yang sedang bersiap-siap , mengatur barisan dan hendak berdoa dan tidak bersenjata apapun juga. Di depan, terlihat beberapa ibu dari Ahmadiyah dan anak remaja bersama mereka.
13.40 Dalam sekejab, mereka menyerang barisan kami, berteriak “Allahuakbar”, “tangkap sekutu Gus Dur” dan lainnya, maju merangsek ke barisan yang sudah dibatasi oleh tali, memukulkan bambu dan besi mereka membabi buta ke arah kami, termasuk kepada tim JP yang ada di dalam barisan. Seluruh massa AKKKB berlarian menyelamatkan diri, kocar kacir panik dan berusaha menyelamatkan diri. Tim Jurnal Perempuan terdiri dari Mariana Amiruddin, Nur Azizah, Olin Monteiro dan Mohammad Guntur Romli terpencar, tetapi setelah itu bertemu kembali. Kami berusaha saling menjaga dan bahkan sempat berkomunikasi dengan Ezky, Jajang C. Noer dan Dyah Ayu Pasha yang sangat menyayangkan penyerangan itu. Guntur tidak terlihat oleh karena itu, tim JP langsung mencari dan berkomunikasi melihat posisinya. Sementara massa membakar poster, merusak mobil sound-system, meneriaki kemarahan membabi buta kepada orang yang lewat, bahkan berteriak mengancam pada perempuan. Tim JP sempat melihat mereka juga memukuli seorang bapak yang lewat tapi bukan tim Aksi kita. Nur Azizah berhasil merekam foto-foto sebagian dari kejadian, walaupun sempat diancam oleh anggota FPI dan sempat ditarik-tarik tas ransel yang sedang dipegangnya.
13.50 Guntur yang terpencar, ternyata berusaha menyelamatkan seorang bapak yang memegang anak kecil dan berusaha kabur dari keroyokan massa. Malangnya, Guntur juga ternyata ikut dikeroyok dan dipukuli menggunakan bambu. Guntur sempat dibawa ambulans dengan 4 korban lainnya yang terluka cukup parah, tetapi turun untuk memantau situasi dan melihat teman lainnya. Darah mengucur dari dahi yang robek, hidung
mata bengkak kehitaman.
14.00 Tim JP berhasil menemukan Guntur dekat kios wartel dan mengurusi pendarahan yang masih terjadi. Di Kios, Guntur juga sempat dibantu para Bapak penjual/pedagang kaki lima untuk menghentikan pendarahan. Kami segera mencari transportasi untuk mengurus luka-luka Guntur.
14.20 Dengan taksi Tim JP mengantar Guntur menuju RSPAD dekat Atrium Senen. Kami segera masuk ke UGD untuk mendapatkan perawatan.
17.00 Setelah administrasi, rontgen dan urusan dokter yang cukup lama, Guntur masuk kamar operasi untuk melakukan operasi reposisi tulang hidung yang geser, pelipis yang retak dan robek 3 cm disekitar atas mata dan dahi kanan. Kondisinya stabil dan cukup membaik.
Kabar dari dokter perlu perawatan dua hari di Rumah Sakit. Selasa diharapkan boleh pulang.
19.0 WIB Kami juga mendengar kabar dua Bapak dari Ahmadiyah juga menjadi korban penganiayaan dan dirawat di RSPAD yang sama dengan Guntur.
Kronologis oleh: Nur Azizah dan Olin Monteiro (tim Jurnal Perempuan)
7 comments