Setelah menghabiskan dua batang rokok kretek yang aku bawa, tanpa bertanya lagi aku pun bergegas untuk naik tram 13. Menurut petunjuk yang aku pegang, setelah dua pemberhentian tram itu aku akan sampai di Rue Butini. Dengan seksama, aku perhatikan pemberhentian pertama, kedua, ketiga, keempat… nah lho… aku tidak menemukan Rue Butini! Jangan-jangan, aku salah naik tram…! Aku memutuskan turun di pemberhentian kelima. Yup, aku salah arah. Seharusnya aku menuju Place des Nations, aku malah ke arah sebaliknya! Walhasil aku harus balik arah lagi. Entah karena bingung atau kurang kerjaan, aku kemudian memutuskan jalan kaki ke arah Gare Cornavin. Jaraknya tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 1 km. Lumayan, aku bisa menikmati Jenewa di pagi hari di tengah udara yang lumayan menggigit. Setelah 30 menit berjalan, tepat pada 10.30 waktu setempat, dengan beban yang lumayan berat, akhirnya aku sampai di tujuan, Drake Hotel di Ruė Butini.
Aku kemudian bergegas check-in. Aku ingin segera rebahan dan menaruh bawaan yang berat. Cukup dengan menunjukkan paspor, aku pun dapat kunci serta satu kartu transportasi publik gratis selama berada di Jenewa. Waw…, artinya selama berada di Jenewa, aku bisa naik transportasi publik apapun; tram, bis, kereta, bahkan perahu. Hihihi… seandainya Jakarta bisa seperti ini. Berdasarkan informasi dari Front Desk hotel, aku mengetahui kalau teman sekamarku bernama Andre Titus dari Afrika Selatan. Dia seorang manajer database di Human Rights Institute for South Africa. Wah, aku bisa ngobrol banyak dengan dia soal KKR dan gerakan di Afrika Selatan. Sip…!
Aku terpesona dengan tata kota yang sangat baik. Beberapa bangunan model klasik menarik perhatianku. Aku sempat memotret beberapa sudut kota… Aku terpikir apakah ada masjid di kota ini.
Perut yang keroncongan memaksaku untuk segera beranjak dari tepi danau. Mencari makanan di sebuah kota yang baru kudatangi sudah pasti bukan perkara mudah. Daripada bingung, akupun memutuskan untuk membeli junk-food di sebuah gerai McDonald. Setelah makan, aku langsung menuju ke hotel untuk istirahat.
Sesuai dengan agenda, para peserta yang telah tiba berkumpul di lobby hotel tepat pukul 19.00. Aku kemudian berkenalan dengan beberapa peserta, 3 orang berasal dari Afrika (Andre, Joyce dan Jestina), dua dari Asia (Shiham dan Dhamnika), dua dari Amerika Latin (Aida dan Adolfo) Sisanya berasal dari Eropa. Aida Maria Noval, yang berasal dari Meksiko adalah orang yang selama ini aku ingin jumpai. Selama ini aku hanya mengenalnya melalui tools HURIDOCS yang ditulisnya. Dia adalah perempuan setengah baya yang sangat hangat dan enak diajak berdiskusi, khususnya masalah documentation handling.
Kami kemudian memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran India yang letaknya sekitar 3 blok dari hotel. Lumayan, aku bisa bertemu dengan nasi putih serta kari ayam yang rasanya dapat ditolerir oleh lidah Indonesia yang sangat kental. Wajah-wajah lelah para peserta tampak jelas namun terhapus oleh suasana yang hangat mewarnai makan malam bersama. Kami saling bertukar cerita tentang pengalaman di negeri masing-masing.
Pukul 21.30, kami kembali ke hotel. Aku sendiri sangat lelah sehingga tidak terasa tertidur dengan pakaian lengkap.