Seseorang akan menjadi lengkap sebagai manusia saat eksistensinya diakui oleh manusia lainnya. Oleh karena itu, eksistensi menjadi sangat penting untuk banyak orang. Setidaknya itulah yang dipahami oleh para pemikir eksistensialis seperti Kierkegaard dan Nietzche pada abad ke-19 dan 20.
Namun, persoalan eksistensi juga yang mengusikku beberapa minggu belakangan ini. Meyaksikan mereka yang ingin diakui ‘kehadirannya’ dengan mengecilkan arti orang lain menjadi sangat memuakkan. Seolah, hanya dia yang ‘paling’ sehingga yang lain tidak menjadi penting. Orang lain menjadi komponen tambahan dalam kehidupan untuk melengkapi dirinya. Semua pikiran dan kerja keras orang lain kemudian diklaim menjadi karyanya. Dia kemudian menjadi megalomania yang mengerikan! Perlukah menjadi megalomania demi pengakuan dirimu?
Jika memang dirinya mengaku sebagai aktifis kemanusiaan, bisakah dia mulai menghargai manusia lain sebelum bicara tentang kemanusiaan? Bisakah lebih merendah dihadapan orang lain untuk menutupi kebodohannya? Mengapa dia tak sadar bahwa titik terendah seorang manusia adalah memaksakan eksistensinya?
465
previous post