Home Meja KerjaKesetaraan Gender Menjadi Rekan yang Setara di Rumah Dalam Masa Pandemi

Menjadi Rekan yang Setara di Rumah Dalam Masa Pandemi

0 comment

Tidak terasa, sudah dua tahun seluruh penduduk dunia berjuang melawan coronavirus (Covid-19). Berawal dari ditemukannya virus di Wuhan, China yang kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Kasus pertama di Indonesia diumumkan oleh Presiden Jokowi pada 2 Maret 2022. Tidak lama kemudian WHO mengumumkan status pandemi untuk Covid-19 di seluruh dunia.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menghentikan laju penularan dari Covid-19. Salah satunya adalah dengan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai diberlakukan pada 6 April 2020 di beberapa propinsi di Indonesia.

Masa awal pandemi mungkin adalah periode yang sangat sulit untuk banyak orang di Indonesia. Berbagai pembatasan yang dimulai dari PSBB yang kemudian berubah nama menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah memaksa banyak orang untuk mengurangi mobilitasnya. Semua orang berupaya untuk menghindari virus namun juga berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Pembatasan mobilitas telah memaksa banyak orang untuk tinggal di rumah bersama keluarga. Proses adaptasi bukanlah hal mudah terutama bagi keluarga yang selama yang ini menganut pembagian peran gender secara tradisional

Pandemi dan Meningkatnya Kerentanan Perempuan

Salah satu dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat pada masa pandemi ini adalah perekonomian. Pada masa awal penetapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) beberapa sektor seperti pariwisata, retail, penjualan, manufaktur mengalami pukulan yang paling parah. Tidak sedikit pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), pemotongan gaji atau dirumahkan akibat kondisi tersebut. Yang perlu diketahui bahwa semua sektor tersebut didominasi oleh pekerja perempuan. Artinya, perempuan lebih rentan kehilangan pekerjaan ketimbang laki-laki.

Sementara yang masih memiliki pekerjaan, harus melakukannya dari rumah atau working from home (WFH). Dikarenakan peran gender tradisional masih banyak dianut oleh masyarakat, maka sudah dapat dipastikan beban ganda perempuan terutama ibu yang bekerja yang selama ini harus ditanggung akan semakin meningkat.

Dampak lain dari PSBB adalah seluruh institusi pendidikan melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring. Di awal proses ini, tentu saja anak membutuhkan proses untuk beradaptasi dengan perubahan metode belajar. Dalam situasi ini, anak yang menjalani PJJ perlu mendapatkan pendampingan dari orang tua. Tentu saja, beban tersebut kembali jatuh kepada ibu.

Terlebih lagi jika ada anggota keluarga yang terinfeksi Covid-19 atau penyakit lainnya, maka sudah dapat dipastikan tugas untuk melakukan perawatan akan menjadi tanggung jawab dari perempuan.

Ibu yang bekerja dari rumah bukan saja harus bekerja untuk memenuhi tuntutan dari kantor namun juga harus memenuhi tuntutan mengurus tugas-tugas domestik serta pengasuhan. Situasi ini menyebabkan banyak perempuan yang mengundurkan diri dari pekerjaan karena merasa tidak mampu lagi berjibaku dengan tuntutan dari kantor dan rumah.

Sebuah kajian dari Komnas Perempuan menemukan bahwa saat masa pandemi, perempuan di Indonesia menghabiskan waktu lebih dari 3 jam untuk melakukan tugas rumah tangga – 4 kali lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ketika perempuan dianggap tidak mampu memenuhi tugasnya dengan baik, maka sudah dapat dipastikan dia menjadi rentan menjadi target kekerasan.

Akibat dari situasi di atas, tentu saja ketegangan di dalam keluarga tidak dapat terhindarkan. Jika tidak ditangani dengan baik, ketegangan tersebut dapat meningkat menjadi kekerasan. Tentu saja, yang akan menjadi korban dalam kondisi mayoritas adalah perempuan. Hal ini terbukti meningkatnya jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang diadukan kepada lembaga layanan seperti LBH Apik dan Komnas Perempuan.

Menjadi Rekan yang Setara

Langkah awal yang paling mudah dilakukan oleh laki-laki dalam situasi ini adalah ikut dalam kerja-kerja domestik yang selama ini dibebankan kepada perempuan. Mulai dengan hal sederhana seperti ikut membersihkan rumah, mencuci piring atau pakaian, atau memasak. Misalnya, pasangan sedang sibuk bekerja dan kita masih santai sementara di dapur ada tumpukan piring kotor, jangan ragu untuk membersihkannya. Selain mengurangi beban pasangan, sebuah studi mengatakan bahwa kegiatan ini dapat membantu meningkatkan keintiman di antara pasangan. Terlebih lagi, anak yang melihat orang tuanya berbagi peran domestik akan belajar dan memahami bahwa kerja-kerja domestik bukan hanya tanggung jawab perempuan.

Jika selama ini peran pengasuhan dan pendidikan anak dibebankan kepada perempuan, laki-laki juga dapat berperan. Dengan adanya PJJ, ayah memiliki kesempatan untuk mendampingi anak dalam proses pembelajaran. Mulai dengan menyiapkan peralatan untuk PJJ hingga menjadi “guru” jika anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran dapat dilakukan secara bergantian dengan pasangan. Proses ini akan sangat membantu pasangan yang mungkin harus menyelesaikan pekerjaan atau kerja-kerja domestik lainnya. Terdapat berbagai manfaat yang bisa didapatkan, bukan hanya untuk ayah dan anak namun juga untuk keseluruhan keluarga. Anak yang memiliki kedekatan cukup baik dengan ayah akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, perkembangan mental yang baik serta kompetensi akademis dan kognitif.

Dari sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat, menunjukkan terjadinya peningkatan keterlibatan laki-laki dalam kerja-kerja domestik yang mengarah pada pembagian peran yang setara. Namun, studi tersebut menekankan bahwa perempuan tetap memikul beban lebih banyak di masa pandemi. Yang menjadi pertanyaan kemudian apakah situasi ini akan kembali berubah setelah pandemi Covid-19 berlalu?

Tentu saja untuk menjawab pertanyaan tersebut masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan untuk memastikan progress tersebut tetap terjadi. Oleh karena itu, sebagai laki-laki kita perlu mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu pembagian peran secara setara di dalam keluarga maupun masyarakat. Secara perlahan kita mulai meninggalkan pembagian peran tradisional yang selama ini telah merugikan, baik laki-laki maupun perempuan

You may also like

Leave a Comment

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy