Di Indonesia, pengarusutamaan gender juga masih menghadapi tantangan yang berat. Masyarakat menghadapi penyempitan makna di mana diskusi terkait gender didominasi oleh narasi yang mendorong peran perempuan secara lebih luas di masyarakat dibanding laki-laki. Perempuan dituntut untuk dapat melakukan peran domestik meskipun mereka sudah memilih untuk berkarir secara profesional.
Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2020 yang bertema “#EachforEqual”, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menyelenggarakan Ruang.Temu Tematik Perempuan dengan tema “Faktor Pendorong Pengarusutamaan Gender di Indonesia” yang bertujuan untuk memantik diskursus pentingnya pengarusutamaan gender untuk mendorong pembangunan Indonesia.
Aku mendapatkan kehormatan karena diminta oleh CISDI untuk mewakili Aliansi Laki-laki Baru dalam talkshow ini. Selain itu ada beberapa narasumber, seperti; Diah Saminarsih, Senior Advisor on Gender and Youth to the WHO DG, Irna Gustiawati, Pemimpin Redaksi Liputan6.com, Anindya Restuviani, Co-Director Hollaback! Jakarta, Iim Fahima, Founder Queen Rides dan Ning Setyani, Sekolah Perempuan Indonesia.
Beberapa hal yang aku sampaikan dalam obrolan ini adalah persoalan pemahaman soal isu gender. Masih banyak pihak, bahkan pemerintah sebagai pemangku mandat juga seringkali menjadi pihak yang salah persepsi soal kesetaraan gender.