Home Meja Kerja Gapminder: Mematahkan Mitos Dengan Statistik

Gapminder: Mematahkan Mitos Dengan Statistik

0 comments

Apakah statistik dapat memberikan fakta sebenarnya? Aku adalah orang tidak senang dengan data statistik. Aku merasa bahwa data statistik cenderung mereduksi realita sebenarnya. Apalagi dengan melihat manipulasi data yang dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah di Indonesia, kepercayaan itu semakin tipis. Kualitatif buatku lebih nyaman buatku untuk memperlihatkan realita. Persoalannya, data kuantitatif juga tetap dibutuhkan untuk menunjukkan trend atau pola dalam konteks yang lebih luas. Apalagi dengan perkembangan isu hak ekonomi, sosial dan budaya, data kuantitatif menjadi sangat penting dalam melihat berbagai indikator.

Pandanganku kemudian mulai sedikit berubah saat diperkenalkan Gapminder oleh James Lawson, trainer HURIDOCS International dalam sebuah pelatihan pendokumentasian pelanggaran HAM. Kami diputarkan sebuah film singkat bagaimana Hans Rosling mematahkan berbagai mitos yang selama ini melingkupi kita. Dia melakukan survei sederhana mengenai pemahaman mahasiswa di sebuah universitas ternama di Swedia tentang data kesehatan dunia, terutama angka kematian bayi. Sangat mengejutkan bahwa angka kebenarannya hanya 1.8 yang artinya dari seluruh mahasiswa yang ikut hanya dapat menjawab hampir dua pertanyaan dengan tepat.

Jelas saja, sebagai salah satu contoh: siapa yang menyangka bahwa angka kematian bayi di Turki lebih tinggi daripada Srilanka? Aku pribadi akan berpikir bahwa Turki yang berada di wilayah Eropa seharusnya tidak menghadapi persoalan seperti ini. Sementara Srilanka sebagai salah satu negara berkembang sudah pasti angka kematian bayi masih jadi persoalan.

Sebagai organisasi non-profit, Gapminder bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan pemahaman terhadap data statistik dan informasi sosial, ekonomi dan lingkungan di wilayah internasional, regional hingga nasional. Sederhana, mereka ingin berfungsi untuk menjadi “museum” informasi agar dapat memahami dunia lebih baik.

Gapminder memberikan kita sebuah kenyamanan bagi penggunanya untuk melihat realitas data yang ada. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber seperti Badan PBB, Universitas, Badan pemerintah dan LSM sehingga validitas-nya dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, mereka berkolaborasi untuk menghasilkan dokumen tersebut.

Aku ingin mencoba satu asumsi bahwa peningkatan jumlah pengguna internet akan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah melek aksara perempuan di Indonesia. Ternyata asumsiku terbantahkan oleh data statistik di Gapminder. Data dari tahun 1995 hingga 2006, peningkatan pengguna internet melejit dengan signifikan sementara persentase melek aksara tidak berkembang.

Silahkan mencoba sendiri! Kunjungi www.gapminder.org untuk melihat terpatahkannya berbagai mitos. Aku yakin anda akan terperangah melihat data-data yang selama ini anda anggap fakta.

You may also like

Leave a Comment

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy