Home Meja Kerja Gerakan Mahasiswa Indonesia Tahun 1998: Sebuah Proses Perubahan Sosial

Gerakan Mahasiswa Indonesia Tahun 1998: Sebuah Proses Perubahan Sosial

24 comments

Perilaku Kolektif Mahasiswa dalam Reformasi 1998
Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswaa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan
Pertanyaan berikutnya, bagaimana mahasiswa dapat melakukan sebuah gerakan reformasi dalam usaha perubahan sosial? Apakah dengan serta-merta gerakan mahasiswa terbangun?
A. Mahasiswa bergerak; upaya melakukan perubahan
Untuk menjawab pertanyaan sebelumnya, kami akan melihat perilaku kolektif mahasiswa pada masa pra hingga bergulirnya reformasi pada tahun 1998. Dalam sosiologi, perilaku kolektif adalah tindakan-tindakan yang tidak terstruktur dan spontan dimana perilaku konvensional (lama) sudah tidak dirasakan tepat atau efektif. Lebih jauh lagi, perilaku kolektif merupakan perilaku yang (1) dilakukan oleh sejumlah orang (2) tidak bersifat rutin dan (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Sejak tahun pasca tahun 1966-dimana gerakan mahasiswa berhasil menjatuhkan rejim Orde Lama-, dapat dikatakan mengalami masa stagnansi dari gerakan mahasiswa. Mahasiswa dipandang telah kehilangan kepekaaan sosial yang terjadi pada saat itu. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang begitu represif sehingga kondisi perpolitikan nasional menjadi alat yang efektif untuk mematikan aspirasi dan gerakan mahasiswa. Pengekangan tersebut telah membuat mahasiswa-kebanyakan-menjadi kehilangan daya kritisnya terhadap kondisi sosial yang berkembang.
Menyadari bahwa perguruan tinggi dan lembaga pemerintah tidak dapat diharapkan, sebagian mahasiswa coba menciptakan ruang-ruang berkembangnya sendiri. Mereka kemudian memilih untuk melakukan aktifitas mereka diluar kampus. Selain membentuk kelompok-kelompok diskusi, mahasiswa juga membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menangani berbagai isu-isu sosial. Aksi protes mahasiswa masih berlanjut akan tetapi masih sangat sporadis dan dampaknya belum meluas, baik itu dikalangan mahasiswa maupun masyarakat umumnya dan semakin lemah sampai akhirnya menghilang akhir 1970-an.
Gairah pergerakan di kelompok mahasiwa kemudian mulai kembali pada tahun 90-an saat akumulasi berbagai permasalahan sosial makin tajam. Mereka lebih cenderung mengangkat masalah-masalah yang aktual pada saat itu, misalnya masalah kelaparan atau bencana di satu daerah dan permasalahan keseharian yang dihadapi oleh masyarakat. Akan tetapi, pola yang digunakan tidak berubah; masih sporadis dan dilakukan dalam kampus. Pada awalnya tidak semuanya mahasiswa tersebut tergerak untuk menanggapi masalah sosial yang muncul.
Dalam melihat fenomena ini, Ricardi melakukan pembagian lima kelompok mahasiwa dalam merespon kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya yang ada di masyarakat. Pertama adalah kelompok idealis konfrontatif, dimana mahasiwa tersebut aktif dalam perjuangannya menentang pemerintah melalui aksi demonstrasi. Kedua, kelompok idealis realistis adalah mahasiwa yang memilih koperatif dalam perjuangannya menentang pemerintah. Ketiga, kelompok opportunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang berkuasa. Keempat adalah kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kuliah. Terakhir adalah kelompok rekreatif yang berorientasi pada gaya hdup yang glamour.
Lalu bagaimana kelompok-kelompok mahasiswa tersebut dapat bergerak dalam menggulirkan sebuah perubahan sosial di Indonesia? Menurut Ricardi, pada masa itu muncul conscience collective, kesadaran bersama dimana mahasiswa merupakan satu kelompok yang harus bersatu padu. Dalam kondisi perilaku kolektif, terdapat kesadaran kolektif dimana sentimen dan ide-ide yang tadinya dimiliki oleh sekelompok mahasiswa yang menyebar dengan begitu cepat sehingga menjadi milik mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah disambut oleh masyarakat yang menjadi korban dari sistem yang ada. Aksi dari mahasiswa kemudian direspon oleh masyarakat melalui secara sukarela memberikan bantuan kepada para mahasiswa yang sedang mengadakan demonstrasi.
Neil Smelser memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya perilaku kolektif. Menurutnya, ada enam syarat pra-kondisi yang harus terjadi; struktural (structural conducivenes), ketegangan struktural (structural strain), kemunculan dan penyebaran pandangan, faktor pemercepat (precipitating factors), Mobilisasi tindakan (mobilization for action), dan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control). Dalam konteks gerakan mahasiswa di Indonesia, keenam syarat itu terpenuhi; pertama kondisi sosial masyarakat saat itu yang mendukung aksi-aksi mahasiswa, kedua adanya kesamaan rasa tertindas oleh pemerintah, ketiga penyebaran serta gagasan dengan landasan kebenaran, hak asasi manusia dan rakyat sebagai dasar perjuangan , keempat adanya faktor pemicu dengan gugurnya mahasiswa Universitas Trisakti yang kemudian berlanjut pada peristiwa lainnya , kelima adanya usaha mobilisasi aksi dengan berbagai elemen masyarakat dan terakhir adalah adanya tekanan dari negara atau bentuk kontrol sosial lainnya yang berusaha menggagalkan/menggangu proses perubahan.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998-tepatnya bulan Mei-cenderung pada perilaku kerumunan aksi dimana aksi demonstrasi mereka lakukan secara terus menerus dengan mengandalkan mobilisasi massa demi tujuan bersama. Menurut Blumer, perilaku kerumunan yang bertindak dimana mereka mempunyai perhatian dan kegiatan yang ditujukan pada beberapa target atau objektif. Tuntutan gerakan mahasiswa sendiri pada pasca kejatuhan rejim Orde Baru cenderung pada perubahan sistem politik dan struktur pemerintahan.
Melihat pemaparan diatas serta landasan teori yang kami gunakan diatas, jelas bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformasi sendiri menurut Kornblum, gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan semacam ini biasanya muncul di negara-negara yang demokratis.
Pada bab berikutnya, saya akan mengemukakan pengaruh dan pandangan dari luar negeri terhadap perubahan sosial di Indonesia
Perubahan Sosial dan Modernisasi: Kepentingan Amerika Serikat dalam Perubahan Sosial di Indonesia.

Setelah kita melihat proses perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dengan melihat faktor dari dalam negeri, kita tidak bisa mengabaikan faktor eksternal yang ikut berperan dalam mendorong terjadinya perubahan sosial tersebut. Krisis ekonomi-yang kemudian menjadi krisis politik-yang terjadi di Asia, khususnya di Indonesia sudah pasti memberikan dampak bagi negara lain. Dalam pembahasan kali ini, kami coba melihat dampaknya terhadap Amerika Serikat dengan melihat perubahan sosial di Indonesia yang berdampak pada kepentingan luar negeri serta bagaimana Amerika Serikat menanggapi krisis yang terjadi di Indonesia dari pemeritaan di media massa terutama suratkabar The New York Times dan The Chicago Tribune dalam periode 1997-1998.
Kekhawatiran terhadap dampak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada perekonomian Amerika Serikat terlihat jelas dari pemberitaan media massa, khususnya kedua suratkabar tersebut. Pertanyaannya kemudian mengapa? Krisis di Asia diperkirakan akan membuat kepanikan pada ekonomi negara-negara Asia lainnya khususnya Jepang yang mempunyai banyak kepentingan ekonomi yang kemudian akan berakibat pada keadaaan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, resesi ekonomi di Asia dapat mengakibatkan ekspor Amerika Serikat harus mengalami penurunan dan mengakibatkan defisit yang kemudian berakibat pada industri manufaktur Amerika Serikat . Dengan alasan ini pula, pemerintah Amerika Serikat berusaha menyuntik dana pinjaman kepada pemerintah Indonesia melalui International Monetary Funding (IMF) dan Bank Dunia. Langkah yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat -melalui menteri keuangan Amerika Serikat, Robert Rubin-, sebenarnya tidak mendapat persetujuan dari kongres Amerika Serikat yang menganggap bahwa permasalahan Asia serta dikritik oleh media massa.
Kedua media tersebut menyampaikan beberapa alasan tentang penyebab terjadinya krisis di Indonesia. Pertama, kelemahan sistem perbankan di Indonesia. Kedua, kapitalisme Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dimana dana bantuan –yang didapatkan melalui hutang luar negeri-untuk pembangunan hanya digunakan oleh segelintir orang. Kedua media tersebut juga mengangkat tentang dampak yang diakibatkan oleh krisis ekonomi di beberapa wilayah Indonesia misalnya masalah terjadi kelaparan di beberapa wilayah Indonesia.
Krisis ekonomi yang kemudian berimbas pada krisis politik di Indonesia yang merupakan efek bola salju yang terus bergulir hingga menjadi krisis multi-dimensi. Desakan untuk terjadinya proses reformasi di Indonesia tidak hanya muncul dari dalam negeri tetapi juga muncul dari luar negeri, khususnya di Amerika Serikat. Sistem pemerintahan Indonesia dipandang sebagai pemerintahan yang korup dan otoriter tidak dapat memberikan ruang bagi berkembangnya sistem kapitalisme yang membutuhkan sistem politik pluralis. The New York Times memandang bahwa mundurnya Soeharto dari tampuk presiden Indonesia bukan hanya dipicu oleh masalah dalam negeri tetapi kekuatan dari luar negeri juga berperan cukup penting. Pada awalnya, kedua media mengatakan bahwa Soeharto tetap akan bertahan sebagai presiden Indonesia namun analisa tersebut berubah drastis pasca peristiwa 12 dan 13-15 Mei 1998.
Kedua suratkabar tersebut memandang bahwa faktor penyebab dari krisis tersebut lebih banyak berasal dari dalam negeri sehingga diperlukan satu langkah intervensi dari luar negeri. Secara tidak langsung, kedua suratkabar yang mempunyai jumlah pembaca terbesar –termasuk para pengambil kebijakan- di Amerika Serikat telah menekan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan intervensi. Terlihat pula kecenderungan dari kedua suratkabar ini mendukung pendapat IMF dan langkah yang diambil oleh pemerintahan Amerika Serikat .
Dari cara pandang yang digunakan oleh kedua surat kabar tersebut melihat positif kepada demokratisasi, transparansi dan sistem yang menentang otoritarianisme baik dalam sistem ekonomi maupun politik. Dengan kata lain, kedua suratkabar ini mencoba melihatnya dari cara pandang yang kerap digunakan dalam teori modernisasi. Menurut Sullivan, teori modernisasi merujuk pada suatu perubahan ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi pada masa transisi dari masyarakat pra-industri ke masyarakat industri maju. Teori modernisasi klasik menganggap bahwa bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama deengan negara industri maju sehingga kemudian negara berkembang pula melalui modernisasi. Modernisasi melihat bahwa faktor keterbelakangan satu negara adalah faktor dari dalam, misalnya budaya tradisional, kurangnya investasi yang produktif dan tidak adanya semangat berprestasi di negara berkembang.
Gerakan Reformasi 1998: Sebuah Perubahan Sosial Ditinjau dari Teori Fungsional

Sebelum melangkah lebih jauh, dalam pembahasan tentang perubahan sosial kami ingin meletakkan konsep bersama mengenai perubahan sosial. Menurut Menurut Mac Iver, perubahan sosial (social relationship) merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial . Sedangkan menurut Gillin, perubahan sosial di katakan sebagai satu variasi cara-cara hidup yang diterima dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Yang menarik adalah pendapat dari Selo Soemardjan, perubahan sosial dirumuskan sebagai segala perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan , yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pendapat terakhir yang akan kami gunakan sebagai landasan dalam melakukan analisa terhadap proses reformasi tahun 1998.
Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rejim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, rejim Orde Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaanya. Mundurnya presiden Soeharto-yang dianggap sebagai simbol Orde baru-telah menjadi tolok ukur dari dari perubahan tersebut. Namun, banyak pula kalangan melihat bahwa mundurnya Soeharto tidak akan memberikan kontribusi terhadap perubahan yang diinginkan
Kedua, seiring dengan jatuhnya rejim orde baru maka berdampak pada struktur pemerintahan. Dalam berbagai tuntutannya, mahasiswa menganggap bahwa struktur pemerintahan di masa rejim Orde baru menjadi instrumen penindasan terhadap masyarakat. Ini jelas sangat dirasakan oleh para mahasiswa yang telah dibungkam melalui pemberlakuan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Selain itu, mahasiswa menilai bahwa aparat negara, militer pada khususnya juga menjadi alat pelanggeng kekuasaan. Oleh karena itu, tuntutan yang muncul dari mahasiswa adalah mengembalikan posisi militer pada fungsinya. Salah satu contoh perubahan adalah pemisahan struktur antara Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
Ketiga, perubahan sistem politik di Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh sistem politik Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat-yang kerap kali dianggap menggangu stabilitas-menjadi hal yang haram di masa Orde Baru. Aspirasi politik dari masyarakat kemudian dipersempit dengan sistem tiga partai yang jelas tidak berpihak pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu tuntutan mahasiswa pada tahun 1998 adalah melakukan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu dekat. Salah satu contoh perubahan dekat adalah pelaksanaan sistem pemilihan umum langsung yang dilaksanakan pada tahun 2004.
Seperti yang telah disampaikan diatas, perubahan sosial juga akan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh Rejim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu contoh adalah kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang mahal’ sekarang relatif lebih terbuka. Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi salah satu indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan cenderung pasif pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan politik praktis. Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di Indonesia.
Saya melihat bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah perubahan sosial dalam bentuk gerakan reformasi dimana perubahan sosial yang terjadi upaya yang berusaha memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasarnya. Pemaparan kami diatas telah menggambarkan bagaimana proses perubahan sosial tersebut. Gerakan mahasiswa saat itu melihat bahwa untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah pergantian rejim otoriter yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral pada awalnya. Pemerintah saat itu dianggap tidak perduli bahkan tidak menunjukkan sense of crisis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Dalam melihat proses reformasi di Indonesia pada tahun 1998 mulai dari awal hingga hasil yang dicapai, kami menggunakan pendekatan teori fungsional. Walaupun menurut teori fungsionalis, meletakkan kestabilan sosial menjadi substansi yang penting namun tetap membutuhkan perubahan sosial. Sebagai contoh, Robert Nisbet mengungkapkan “the fundamental assumption of the functionalist is… that… there are sources opf change within social system, more or less natural sources, and that form these there flow patterns of change that are as congruent to social system as growth within the living organism.”
Perubahan yang diharapkan beberapa elemen dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuan mereka adalah semua kebijakan politik dan ekonomi berada di tangan rakyat dalam arti sesungguhnya. Akan tetapi, pandangan itu harus mereka akui sebagai utopia karena lemahnya konsolidasi konsep –bahkan diantara elemen gerakan mahasiswa- bersama tentang hal tersebut.
Gerakan Mahasiswa: Menjadi gerakan moral atau politik?
Melihat kembali kegiatan mahasiswa yang pada dekade 80-an sampai 90-an mengalami stagnasi dalam pergerakan menyuarakan ketidakadilan dalam masyarakat maka dapat dikatakan bahwa pada awalnya pergerakan mahasiswa bersifat gerakan moral (moral movement). Isu-isu yang disuarakan lebih pada perbaikan-perbaikan pada hal-hal yang mengakibatkan penderitaan yang dialami masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu.
Dalam perkembangan selanjutnya pergerakan mahasiswa melihat bahwa isu itu dapat berkembang pada isu yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat instant yang mempengaruhi pola perilaku mahasiswa. Sifat ini tidak melihat lebih dalam mengenai masalah yang ada, dalam arti setiap masalah sebenarnya mempunyai akar permasalahan yang terlebih dahulu mendapat perhatian. Penemuan pada akar permasalahan memungkinkan mahasiswa untuk menyuarakan isu yang tepat sasaran sehingga mereka konsisten dalam gerakannya. Namun, karena pada kenyataannya mahasiswa kadang tidak memiliki basis konsep yang jelas sehingga perhatian awal mudah sekali menyimpang atau lebih parah lagi mengalami perubahan yang bertolak belakang dengan isu awal. Gerakan mahasiswa di Indonesia kemudian mengalami perubahan dari sebuah gerakan moral menyuarakan masalah-masalah sosial-permasalahan yang sehari-hari dihadapi oleh masyarakat-kemudian berubah menjadi sebuah gerakan politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan lebih mendalam dalam berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini. Akhir kata, konsep yang jelas dalam usaha perubahan sosial ada syarat utama dalam membangun kembali Indonesia, perjuangan belum selesai…
Daftar Bacaan:

  1. 1. Kamanto, Sunarto. Pengantar Sosiologi (Edisi Ketiga) (Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004)
  2. Sullivan, Thomas J. Sociology; Concepts and Aplications in ada Diverse World 6th Edition (Pearson Education, Inc 2002)
  3. Ricardi S. Adnan dan Arvab Pradiansyah, “Bab III: Gerakan Mahasiswa untuk Reformasi,” Kisah Perjuangan Reformasi, Selo Soemardjan (ed)., (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1999)
  4. Franciscia SSE Seda, “ BAb VIII: Dunia Memandang Bali dan Melihat Krakatau: Pandangan Pihak Luar Negeri Mengenai Krisis dan Proses Reformasi di Indonesia,” Kisah Perjuangan Reformasi, Selo Soemardjan (ed)., (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1999)
  5. Suwarsono dan Alvin Y. So., “Bagan Perbandingan Teori Modernisasi Klasik dengan Teori Dependensi Klasik,” Perubahan Sosial dan Pembangunan (Jakarta, LP3ES, 1994)
  6. Paul B. Hoton dan Chester L. Hunt, Sociology, Sixth Edition. Alih bahasa oleh Aminuddin Ram dan Tita Sobari (ed)., Sosiologi, Edisi Keenam, (……, Penerbit Erlangga, 1992)
  7. Seokanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta, Rajawali Pers, 1990)
  8. Muridan S Widjojo dan MAshudi Noorsalim, “Perlawanan Petanda, Politik Semiotik Gerakan Mahasiswa, ” Kebijakan Kebudayaan di Masa Orde Baru (Jakarta, Pusat pengembangan Kemasyarakatan dan Kebudayaan-LIPI dan Ford Foundation, 2001)
  9.  ……, Agenda Rakyat untuk Menegakkan Keadilan (Jakarta, JKB, ELSAM dan TRK, 2002)
  10. Artikel dari www.kerjabudaya.org yang dikelola oleh Jaringan Kerja Budaya

 

You may also like

24 comments

Ridwan 03/03/2008 - 08:45

Salam kenal… Mas model analisis seperti apa yang bisa menjelaskan fenomena perubahan sosial dan gerakan sosial?
Tolong balas ke email saya: RidwanPost@Gmail.Com

Reply
dewa 19/03/2008 - 14:40

ya benar apa yang diutarakan tadi tetapi ada beberapa pandangan yang saya kurang setuju dan mungkin indonesia kembali ke era dahulu lagi

Reply
syaldi 01/04/2008 - 17:48

Buat Dewa; Pandangan apa yang kamu tidak setujui? Aku tidak paham dengan maksud kamu bahwa Indonesia mungkin kembali ke era dahulu lagi. Pertanyaannya; era yang mana dan bagaimana?
Kondisi saat ini justru aku anggap kita masih berada dalam orde baru dalam bentuk yang lain. Reformasi buatku adalah perubahan setengah hati. Akibatnya, perubahan sebenarnya tidak terjadi. Akar permasalahan yang seharusnya diselesaikan justru tidak tersentuh.
Aku justru mengkritik gerakan mahasiswa pada saat itu tidak siap dengan konsep perubahan dari rakyat. Momentum ini justru diambil alih oleh elite politik untuk mengambil alih kekuasaan.

Reply
abdul rojak 25/04/2008 - 10:28

aku masih punya harapan besar bahwa reformasi akan berjalan dengan baik dan tepat sasaran, tapi sejak awal reformasi dimulai aku sudah tau bahwa perjuangan ini akan kandas dan tersia-sia. Pada zaman mahasiswa (saya masuk kuliah jurusan sejarah UNJ angkatan 1996), isu yang berkembang dikalangan mahasiswa kiri bahwa gerakan mahasiswa ’98 sudah tidak murni, gagasan awal yang menginginkan revolusi kemudian dibelokkan menjadi reformasi. Mahasiswa kanan yang cenderung status Quo ikut andil dengan pemahaman yang salah. Berlindung dibalik jaket BEM mereka perjuangkan Reformasi setengah hati. gaya-gayanya hampir mirip dengan perjuangan mahasiswa angkatan ’66, yang berjuang demi masuk dalam jajaran politik elit, mendapat jabatan, menjadi pejabat korup, perut buncit lalu mati dengan dosa yang menjadi tradisi bagi anak cucunya.
Sejak dulu kita mendapatkan warisan yang salah dan haram, hingga dalam perjalanan sejarah indonesia kini dan di masa depan akan selalu tersandung dengan masalah yang sama, CERITA LAMA, MELAYU KLASIK.

Reply
siti caem 02/08/2008 - 15:20

gerakan para mahasiswa saat itu sngat berani dan penuh semangat, tapi sekarang hanya tinggal kenangan. kebanyakan pemuda indonesia hanya mikirin happy fun ae, meski g smua….saya harap ada banyak penyuluhan untuk semangatkan pmuda saat ini, pemuda jg butuh penyuluhan g cuma narkoba yg hrz di hindari, tapi semangat yg kendor jg perlu di waspadai….betol????????????????

Reply
Syaldi Sahude 14/08/2008 - 16:56

Siti, aku justru tidak terlalu setuju dengan pendapat kamu. Harus aku akui bahwa gerakan mahasiswa pada ’98 sudah menjadi satu fakta sebuah gerakan sosial. Namun, gerakan tersebut tidak dibarengi dengan konsep perubahan yang jelas.
Pada saat itu, masih ada perdebatan sampai sejauh mana perubahan yang harus dilakukan; pakah revolusi atau cukup pada reformasi? Para penunggang bebas akhirnya memilih untuk reformasi yang hasilnya saat ini sudah kita ketahui.
Siti, masih banyak lho anak muda yang punya semangat untuk perubahan. Jika ingin terlibat dalam perubahan, silahkan kontak aku saja.

Reply
nezza 25/10/2008 - 16:50

W setuju ma pendapat syaldi sahude,
yang W liat di kampus W khususnya FISIP,masi bnyak kok anak2 muda yang punya semangat tuk terlibat dalam perrubahan dan setau W Mereka gak sekedar having fun aza.

Reply
Wahid 02/11/2008 - 21:22

Saya tidak melihat adanya perubahan yang dimiliki dalam penawaran kerangka berpikir mahasiswa yang ada sekarag. kira-kira sebuah gambaran umum permasalahan yang terjadi pada kalangan mahasiswa sekarang ini adalah urusan perut atau pikiran, bagaimana pengembangan pemikiran bila urusan perut terancam?

Reply
an 10/11/2008 - 18:58

mahasiswa yang baik tidak mematuhi peraturan

Reply
Syaldi Sahude 13/11/2008 - 01:40

Wahid,
Jika saat ini anda tidak melihatnya, bukan karena itu tidak ada. Hanya butuh waktu. Anda bisa memulainya…
Ini jelas persoalan perut. Justru dari soal perutlah mahasiswa dan masyarakat harus bergerak untuk menuntut haknya. Jika semuanya sudah sejahtera, nggak bakal deh ada persoalan.

Reply
Rischa 02/02/2009 - 17:05

aq mw nanya..?
Gmn seh cr membuat perubahan dalam kampus
yang mahasiswanya tu lebih suka bergaul di dunia yang fana.

Reply
Syaldi Sahude 04/02/2009 - 14:43

Waduh, kalau ditanya bagaimana caranya membuat perubahan di kampus, aku pribadi angkat tangan. Semua manusia pastilah suka bergaul di dunia fana, wong mereka masih hidup. Mungkin yang kau maksud mahasiswa yang acuh dengan persoalan sosial.
Persoalannya, setiap kampus memiliki karakter yang berbeda. Deda masa, beda wilayah dan karakter mahasiswanya akan berkontribusi pada metodenya. Cara yang paling mudah (dan ampun) adalah memulai dengan membicarakan kegundahan Rischa dengan teman-teman di kampus. Nah, dari situ biasanya muncul kesatuan ide untuk berbuat sesuatu. Apakah itu? Sangat tergantung dengan kesepakatan kalian. Yang pasti, mengorganisir teman-teman itu menjadi sangat penting.
Sebarkan ide tentang perubahan tentu tidak mudah. Tapi kalau tidak dimulai, kapan bisa terjadi perubahan yang kita cita-citakan?

Reply
faisol 01/05/2009 - 07:55

mas q nyari makalah tentang “sejarah krisis perekonomian Indonesia pada Perang Dunia I” kok g da ya??? bisa bantuin g?? makaci ya mas….

Reply
fajar 26/11/2009 - 11:25

bagaiman bila hidup kita di samakan dengan orang luar negeri….!saya ingin menanyakan apa perbedaan indonesia dan jepang pada masa orde baru….
pendapat anda saya tunggu di email saya
arigato gonzaimasu

Reply
Dhimas 25/12/2009 - 10:53

Mas ato sapa ajah tlg bantu aye donk bwat karya tulis lg di kejar waktu nei,,pleasssseee,,,

Reply
dedek 14/01/2010 - 00:01

mas…saya sangat bersemangat setelah membaca tulisan anda ini,,dan saya sangat mengamini apa yang anda tuangkan dlm tulisan anda ini,,,,
dan,,klo menururt saya,,reformasi d indonesia bs dikatakan telah “mati muda”…sdah tidak sesuai lg dg ap yg duu d cita2 kn oleh penggagas nya,,,cb anda perhatikan lg,,orang 2 tg sekarang ini duduk d kursi pemerintahan adalah orang2 zaman sebelum reformasi,,memang terkesan men judge mereka bahawa mereka adalah orang2 ORDE BARU..yg notebene tlh “meluluh lantakan” indonesia,,mereka hanya berganti baju dan sedikit pandai bicara,,,

Reply
Herman Lilo 12/05/2010 - 08:11

semogA cita-cita reformasi tidak berhenti begitu saja. Kita tahu bahwa perjuangan reformasi para kawan2 mahasiswa di era 1998 harus dibayar dengan darah dan nyawa. Maka tanggung jawab kita sekarang untuk mendorong percepatan reformasi.
Bagi para pejuang reformasi ya ng bernasib baik karena berhasil menduduki job empuk kekuasaan, maka ingatlah pekikan kawan2 di bulan Mei tahun 1998.

Reply
mita 21/08/2010 - 00:34

trimakasih ya, atas infonya… saat membantu dan menambah pengetahuan 🙂

Reply
iantantekk 02/03/2011 - 15:42

bantulu kami jwb prtanyaan d bawah ini
bahaya apa sajakah yang terjadi pada tanggal 31 juli 1998?

Reply
erviika 02/03/2011 - 15:45

tlng d jwb donk pertnyaan nii…….
sebutkan apa penyebab pengangguran semakin bertambah pada massa reformasi…?

Reply
erviika 02/03/2011 - 15:46


erviika:

tlng d jwb donk pertnyaan nii…….
sebutkan apa penyebab pengangguran semakin bertambah pada massa reformasi…?

Reply
Syaldi Sahude 12/03/2011 - 20:16


erviika:

tlng d jwb donk pertnyaan nii…….

sebutkan apa penyebab pengangguran semakin bertambah pada massa reformasi…?

Halo Ervika, aku tidak akan menjawab pertanyaan kamu. Aku menyarankan kamu untuk lebih banyak baca dan menganalisa lebih tajam daripada sekedar mendapatkan jawabannya. Mendapatkan jawaban sendiri lebih puas daripada menunggung jawaban bukan?

Reply
wahyu and royan 25/11/2015 - 16:00

boleh

Reply

Leave a Comment

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy