Pemerintah mengumumkan bahwa kurikulum tahun 2004, khususnya pelajaran sejarah dicabut. Alasan pencabutan tersebut dengan tidak dicantumkannya G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia) dalam berbagai buku sejarah serta dianggap telah menimbulkan kebingungan ditengah pelajar karena tidak memberikan kepastian akan sejarah Indonesia. Selain itu, pelarangan ini ditenggarai terkait dengan tudingan berbagai pihak bahwa kelompok komunis yang terselebung telah bangkit kembali.
Aku pribadi, belum pernah membaca, bahkan melihat bentuk dari kurikulum tahun 2004. Jangankan tahun 2004, sudah hampir 23 tahun aku mengenyam pendidikan formal, belum satupun kurikulum yang pernah aku baca. Jelas saja, kurikulum pemerintah sangat sulit diakses oleh seseorang yang berstatus pelajar/mahasiswa sepertiku. Yang jelas, berbagai buku pelajaran sejarah yang menggunakan kurikulum tahun 2004, khusus untuk sejarah Indonesia, lebih spesifik lagi sejarah pasca kemerdekaan penggunaan kata G30S/PKI tidak digunakan lagi. Sebagai gantinya hanya digunakan G30S saja. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, PKI tidak lagi dituding sebagai pelaku pemberontakan pada peristiwa pembunuhan 6 jenderal dan satu perwira TNI pada tahun 1965. Beberapa buku bahkan memberikan beberapa versi tentang peristiwa tersebut serta beberapa perbaikan lainnya. Sejauh yang aku ketahui, dipaparkan lima versi yang berbeda tentang siapa dan mengapa peristiwa ini terjadi.
Dari sudut pandangku, ini merupakan satu kemajuan dalam dunia pendidikan Indonesia. Terlepas dari berbagai kekurangannya, ada satu upaya baru untuk membenahi catatan sejarah Indonesia yang telah diselewengkan oleh kekuasaan yang seeblumnya berlaku. Selama ini, bahkan sampai saat ini, sejarah ditulis oleh para penguasa sebagai alat propaganda tentang keberhasilan mereka serta untuk melanggengkan kekuasaan. Sejarah tersebut ditulis oleh para intelektual sejarah yang tunduk pada keinginan para penguasa dengan argumentasi obyektifitas.
Sedari dulu, kesahihan berbagai sejarah yang ditulis oleh penguasa telah menjadi pertanyaan di sejumlah kalangan masyarakat. Perlahan tapi pasti, beberapa kebohongan sejarah telah terungkap.
Kembali pada permasalahan kurikulum tersebut, apa yang dilakukan pemerintah kali ini merupakan pembodohan terhadap masyarakat khususnya para pelajar yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa peristiwa pembunuhan jendral dan perwira TNI AD pada tahun 1965 adalah fakta sejarah. Akan tetapi, pembunuhan (tepatnya pembantaian), penangkapan sewenang-wenang, penahanan tanpa proses peradilan dan pengasingan para anggota, simpatisan dan mereka yang dituduh PKI adalah (juga) sebuah fakta sejarah. Kuburan massal di berbagai daerah, beberapa penjara tempat penahanan dan pulau Buru merupakan saksi bisu sejarah yang sampai saat ini dapat kita lihat. Pertanyaannya, mengapa peristiwa ini tidak dicatat? Apakah kematian 500 ribu manusia Indonesia tidak sepadan dengan cerita heroisme mantan presiden Soeharto pada peristiwa Serangan 1 Maret? Apakah lebih 10 ribu orang yang ditahan dan dibuang di Pulau Buru tidak penting dari cerita kepahlawanan para eks KNIL dan PETA?
Sejarah ada karena manusia. Sejarah dibangun oleh manusia untuk melihat ke belakang apa yang telah terjadi dan dijadikan pelajaran untuk membangun masa depan. Sejarah akan terus berjalan dalam garis masa yang bergerak maju. Manusia-lah yang membentuk sejarah. Pentingnya sejarah ditegaskan oleh Soekarno dalam sebuah kutipan pidatonya yang berjudul Jas Merah,”jangan pernah lupakan sejarah”! Jika bangsa ini dibangun dengan landasan sejarah yang direkayasa, kita sudah bisa tahu akan jadi apa bangsa ini…
Akhirnya, secara tegas aku menolak pencabutan kurikulum pelajaran sejarah tahun 2004! Tindakan pemerintah ini jelas adalah intervensi politik dari beberapa pihak yang berusaha untuk menempatkan PKI sebagai momok di Indonesia. PKI dengan komunismenya kemudian dijadikan musuh imajiner untuk mengontrol kekritisan masyarakat.
487
previous post
9 comments
bagus
beneer …. dikiranya kitra ini masih bisa digertak dgn “move” resmi pemerintahan model gini.
munafik rame2 = hipokrit. ceritanya sdh menang puluhan taun, nikmat, brainwash semua orang, pelihara terus Dalih menumpas PKI, Orde baru itu balas dendam utk hal yg mereka lakukan sendiri. en kalo kita ngomong2 spt ini langsung masuk golongan komunis lah, PKI lah, memang ini bikin org jadi takut. ( melihat apa yg dilakukan atas perintah Soeharto th.65-66 bikin org jadi ngeri, termasuk kelanjutan munafik dan yg bener2 dipercaya juta’an org di abad 21 ini).
yg penting bagi mereka memelihara ketakutan itu bagi org2 yg pikirannya Kritis dan jernih.
uups ….jadi kebanyakan ngomong masih ngeri juga nih. ngeri liat kebanyakan massa Indonesia jaman sekrg yg gampang dihasut dan percaya abis : awas bahaya laten komunis!.
Kata mas soe hok gie jangan sekali2 menyerah pada kemunafikan. Terus cari dan pertahankan kebenaran itu.
fuih..negaraku penjaraku kita dilahirkan pangkuan ibu pertiwi sekarang sedang bersusah hati air matanya berlinang karna oknum pemerintah sedang berpesta pora merampas harta rakyat yang bisa disebut para pembunuh adalah pemerintah bukan siapa siapa kalo saja ada presiden yang membuat UUD tentang para koruptor dihukum mati mungkin negara ini akan kaya…kita hanya bisa berdoa agar ibu pertiwi tersenyum
ngemeng2 skg npa sistim resim orba koo mlah selalu di ungkit2?? pdhal klo dlunya tnpa ada orng2 yg idup dimasa orba g mungkin ada kita2 ini. harusnya mlah dihormati dooong. sya kan cma ank alhsil kluarn taon 78, naaah mka dri itu kan klrg kmi tntunya lbh lma idup dimsa orba…… lha sya ndriiii……..???? naaah itulah sya jga lbih ska ttg peraturan2 hindia belandanya drpd skg, cengeng2 kna keras dkit aja dah pda bnyk ngadu. klo sya mulai th 2000 msuk di suatu sklh pelyrn yg trknl bgtu sadisnya trus thn 4004 msuk lagi di akdmi yg lain bahkan sya jga tdk mti dbnuh koook knytaannya. sya lbh ska pda gmbar diatas tu2p mata tu2p mulut wlp mungkin sya jga tau spt apa ke2rasan di sklh plyrn. tpi kan udah sya tu2p dluan mta dan mlut sya, jdi yaaaa sya g akn buka lgi wlp ada brmilyar2pun bwt iming2q spya isa trbka smuanya. sya hnya mniru alm kakek sya yg mantan Prajurit RPKAD msa orba/ank buah pak harto.
Untuk Boengkam:
Makasih udah singgah dan meninggalkan jejak di ‘rumah’ku yang sederhana.
Sayang sekali, aku agak kesulitan membaca komentar anda. Saya yakin ini bukan peninggalan orba kan?! Masalah sepakat atau tidak dengan aturan orba, itu hak anda. Aku bersyukur anda masih bisa tetap hidup. Persoalannya adalah apakah tindakan tersebut benar? Apakah anda layak diperlakukan semena-mena padahal itu tidak ada dalam kurikulum pelajaran anda? Lalu, apa gunanya kekerasan tersebut untuk anda? Apakah anda jadi lebih tahan pukul atau lebih disiplin?
Aku tidak yakin bahwa kekerasan bisa menyelesaikan persoalan. Justru akan memperpanjang rantai kekerasan!
Oh iya, RPKAD itu jaman orde lama alias Soekarno. Kalau Orde baru sudah berubah menjadi Kopasus (sebelumnya Puspassus dan Kopassandha). Hahahaha… suka bolos pas pelajaran sejarah ya? Just kidding…
“Pencabutan Kurikulum tahun 2004; Pembodohan Sejarah Bangsa!”
Baru sadar kalau kita masih bodoh ya….
kesian deh
Hehehe… maaf bung! Aku sudah sadar kok dari dulu makanya bisa menulis seperti ini. Masalahnya, dengan pencabutan kurikulum tersebut, bangsa ini malah tambah semakin bodoh. Kalau udah merasa pintar, jangan lupa berbagi ilmu ya bung.
Cukup puas dianggap orang bodoh….he he he