Malam ini, usiaku mulai menapak kepala 3! Tidak ada yang istimewa, tidak ada kue yang bodoh atau sekedar ucapan yang menurutku basa-basi. Hanya ada aku yang makin terganggu oleh nyamuk. Sesekali keluar sumpah serapah dari mulutku kepada serangga yang tidak akan punah.
Buatku, setiap momen yang mengingatkan titik awal kehadiranku di atas bumi selalu merujuk pada titik akhir. Ya, setiap awal selalu ada akhir. Itu adalah siklus alam yang tidak terbantahkan. Awal dan akhir, kelahiran dan kematian, pertemuan dan perpisahan. Sebuah kontradiksi alami yang selalu harmonis. Jika orang lain melihatnya bertambah umur, aku melihat sebaliknya. Jika umurku bertambah satu tahun, itu artinya waktuku di dunia semakin berkurang. Apa yang harus aku rayakan? Merayakan bahwa aku mulai mendekati kematian? Tak perlu lah… Aku pun tak tahu kapan.
Terpikir di kepalaku, saat yang tepat untuk merefleksikan apa yang telah aku perbuat selama 30 tahun. Apakah sudah cukup berarti bagi dunia ini? Apakah peran yang aku mainkan sudah sebaik seorang pemain film yang berlaga di Festival Film Cannes atau Sundance? Atau mungkin seburuk permain sinetron yang mengandalkan muka cantik tapi mimik yang tak beraturan. Entahlah, tak patutlah aku menilai diriku sendiri. Paling jauh, melihat kembali jejak yang aku tinggalkan.
Tapi apa? Apa yang telah aku perbuat demi rakyat dunia? Kuhitung, diukur, ditimbang dan ditakar; tetap saja aku tak dapat jawaban. Ya sudah, tak penting ukuran itu! Lihatlah ke belakang lalu belajarlah… Itu saja sudah cukup.
Tidak terasa, sudah 10 tahun aku berkecimpung dalam hiruk-pikuknya persoalan sosial, ekonomi dan politik bangsa ini. Banyak pelajaran yang aku dapat dalam proses tersebut, mulai dari kemenangan kecil yang tak bisa aku lupakan hingga pengkhianatan beberapa orang yang aku anggap sebagai teman. Semuanya menjadi catatan dalam memoriku sebagai manusia. Ya… aku mencatat sejarahku sendiri. Titik balikku sebagai seorang manusia telah membentuk ‘seseorang’ yang berbeda dibandingkan 10 tahun yang lalu.
Dalam budaya Indonesia, usiaku saat ini sudah masuk dalam titik yang sudah ‘matang’. Tidak sedikit orang di sekitarku mendorongku untuk melakukan satu langkah yang menurut mereka harus dilakukan yaitu menikah. Orang tua yang ingin segera menimang bocah yang akan melanjutkan generasinya di dunia adalah faktor yang cukup besar. Terlebih lagi, komitmen yang kubangun bersama dengan seseorang yang kucintai menjad catatan penting untuk segera memasuki tahap tersebut.
Lalu, apa selanjutnya? Aku memerlukan waktu untuk berkontemplasi. Melihat perjalanan panjangku selama ini untuk menyusun langkah yang teratur ke depan.
4 comments
Nice site..
cuma belum sempet dijelajahi..
saya link ya..link back juga ya..thx
Halo Anggie… nanti aku akan pranala ke blog kamu! Thanks!
Melihat ke belakang ketika kita usia menapak, bukan berarti menghitung seberapa banyak yang kita punya, atau seberapa banyak yang kita lalui, tapi lebih pada seberapa jauh kita bisa melebur pada kehidupan. Karena seringkali mengumpulkan dan membangun membuat kita terasing dari kehidupan.
Happy Birthday bro!
Thanks you Q!
Arah hidup adalah masalah pilihan namun tujuan hidup tidak dapat diubah. Untuk gerakan. Btw, ada gosip revolusi bakal terjadi di pagi hari. Kalau aku belum bangun, tolong miss-call ya… :p