Di awal tulisan ini, aku harus menegaskan posisiku sebagai salah satu orang yang mengambil bagian dari penentang paham dan praktek poligami. Dalam hal ini, aku akan lebih fokus pada praktek poligini di sekitarku. Sehingga jika ada-manusia bahkan setan sekalipun-yang tidak setuju dengan pendapatku, dengan terbuka aku membuka ruang untuk mendiskusikannya. Silahkan anda kesal atau mengumpatku apapun, aku bisa melakukan hal yang sama kepada anda. Akan tetapi aku tidak perlu melakukan kebodohan tersebut karena tidak akan menyelesaikan masalah
Ironisnya, salah seorang keluarga dekatku menjadi pihak yang ikut melanggengkan praktek ini. Kesal dan marah bercampur saat mendengar kabar ini namun tidak bisa kutumpahkan begitu saja. Dari sini pula aku mengambil pelajaran tentang betapa pentingnya menentang praktek ini. Berkaca dari pengalaman ini, aku mengangkat permasalahan nyata yang dihadapinya
Menurutku, apa yang dipahami oleh banyak orang tentang poligami telah bergeser dari makna sesungguhnya. Pemahaman poligami ini memang sangat dekat dengan pemahaman Islam, namun aku hanya akan mengemukan pendapatku yang lebih dekat pada realitas kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat. Bukan menghindar dari ranah ini, akan tetapi pemahaman yang terbatas harus kuakui untuk obyektifitas.
Dalam kepercayaanku, praktek poligini secara jelas diperbolehkan, baik itu dalam Al-Qur’an maupun hadits. Singkatnya, setiap laki-laki boleh menikahi lebih dari satu perempuan dan maksimal 4 orang. Yang menjadi panutan mereka adalah Nabi Muhammad SAW yang mempunyai istri lebih dari satu orang. Tentunya, banyak syarat yang harus terpenuhi dalam melaksanakan praktek ini.
Dengan landasan ini pula yang menjadi pembenaran dari sebagian orang untuk melakukan poligami. Dalam prakteknya, pelaku poligami cenderung tidak mengindahkan syarat yang harus mereka penuhi. Salah satu syarat yang ingin aku soroti adalah prinsip adil. Seringkali, pelaku poligami menyatakan bahwa dia telah menerapkan prinsip adil. Padahal, Nabi Muhammad SAW saja mengakui bahwa sulit sekali adil karena beliau lebih mencintai Aisyah, istrinya yang paling muda. Bagaimana dengan manusia yang tidak bisa dibandingkan dengan Nabi?
Yang membuatku muak adalah alasan untuk membantu kehidupan dari seorang perempuan atau janda. Nyatanya, jatuh pilihan pada perempuan yang lebih muda dan “segar” untuk dijadikan istri kedua atau yang keberapa. Jika memang ingin membantu seseorang, apakah kita harus menikahinya? Kenapa tidak memberikan begitu saja sebagai sebuah infaq atau sedekah? Aku yakin sekali, pembenaran ini hanya untuk menutupi motif sesungguhnya, nafsu semata. Memang tidak semua kasus, akan tetapi inilah yang terjadi.
Dalam kondisi seperti ini, siapa yang paling dirugikan? Perempuan-lah yang menjadi korban untuk kesekian kali. Yang menarik jika melihat bahwa ada beberapa pelaku poligami mengemukakan bahwa sang perempuan tidak bisa memberinya fungsinya sebagai istri. Misalnya memberikan keturunan atau memberikan waktu bagi mereka sebagai suami. Dari pada berpolemik lama, aku menantang para pengguna argumentasi ini untuk membalik posisi tersebut. Apa yang terjadi jika mereka yang tidak mampu memberikan kepuasaan lahiriah serta memberikan keturunan? Sudah pasti mereka tidak akan memberikan kesempatan ini kepada perempuan. Mana mungkin mereka rela?!
Dari pada berzina, lebih baik poligami! Argumentasi ini sering juga dikemukan oleh para pelaku poligami. Persetan! Alasan ini sering kali aku dengar sebagai jokes di antara para lelaki yang mengamini poligami. Mereka menganggap dari pada berdosa, lebih baik melakukannya dengan “sah”. Pertanyaannya sekarang, jika mereka masih tergoda untuk ‘mencicipi’ tubuh perempuan lain, mengapa menikah? Kenapa tidak anda manfaatkan masa muda anda untuk berlaku cabul daripada berlindung dibalik agama?
Yang menjengkelkan lagi, ada beberapa perempuan yang aku temui juga mengamini perilaku ini. Mereka tidak keberatan jika mereka kemudian diduakan atau menjadi yang kedua. Setidaknya, pernyataan ini aku dapat dari saudaraku, beberapa teman perempuanku dan mantanku. Aku berharap, mereka hanyalah sebagian kecil dari perempuan Indonesia. Sungguh, aku harus kesal! Sudah jelas mereka akan menjadi korban tapi dengan sadar melakukan kesalahan tersebut. Tapi yang lebih kesal lagi adalah dicurigai oleh pasanganku sendiri sebagai salah satu tersangka…
Akan tetapi, semua ini kembali kepada pilihan mereka, baik perempuan yang (mau) menjadi korban serta pelaku poligami! Aku pribadi akan berusaha untuk sekuat tenaga menolak ini dan tentunya jangan sampai (amit-amit) melakukan tindakan yang sama dengan mereka!
708
previous post
31 comments
Anda betul! dengan dalih agama, seolah praktek poligami adalah jalan terbaik untuk perempuan. Ini tidak masuk akal. Ketika melewati masa pacaran saja, pada umumnya, perempuan tidak mau pacarnya mendua. Pun kalau ketahuan mendua, si perempuan akan memutuskan pacarnya atau mencak-mencak. Tapi kenapa perempuan seolah ‘lemah’ dalam doktrin agama, dan menerima pasrah ketika mereka harus dipoligami. Apa mereka tidak ingat, bahwa Tuhan tidak pernah menginginkan umatnya siapapun disakiti baik secara jasmani ataupun rohani.
Tapi sayang, belum banyak orang yang punya cara berpikir seperti anda. Bagaimana caranya ya supaya kita bisa membangunkan perempuan Indonesia untuk kembali menghargai diri mereka sendiri?
Kalau boleh saran sih judul nya di tambah “Menentang Poligami yang tidak memenuhi syariat islam”
Coz saya melihat dari kalimat yg ditulis bahwasanya mas syaldi tidak menentang poligami secara BUTA, artinya mas syaldi juga sepakat kalau poligami itu dijalankan sesuai dengan syariat islam bukan karena nafsu semata.
“Dalam kepercayaanku, praktek poligami secara jelas diperbolehkan, baik itu dalam Al-Qur’an maupun hadits. Singkatnya, setiap laki-laki boleh menikahi lebih dari satu perempuan dan maksimal 4 orang. Yang menjadi panutan mereka adalah Nabi Muhammad SAW yang mempunyai istri lebih dari satu orang. Tentunya, banyak syarat yang harus terpenuhi dalam melaksanakan praktek ini.”
Yang ditentang keras oleh mas syaldi adalah orang yang melakukan poligami tapi tidak memenuhi syarat yg telah di tentukan oleh syariat islam contonhnya “Adil”, karena banyak orang berdalih apapun untuk melakukan poligami akan tetapi dalihnya itu hanya semata di lisan saja tidak sesuai dengan yg di syariatkan alhasil malah “Poligami Yg Sesuai Syariatlah” yang kena batunya, karena orang2 hanya melihat dia melakukan poligami titik.
Nah kata “Poligami” inilah yg jadi babak belur/ kena hujat yg dilakukan oleh orang2 yg tidak paham poligami yg sesuai syaiat islam karena mereka taunya poligami aja.
Nah disinilah ada okunum yg melakukan poligami yg tidak sesuai syariat sehingga poligami yg diajarkan Rasulullah SAW jadi kena batunya.
“JADI YANG HARUS KITA TENTANG ADALAH POLIGAMI YANG TIDAK SESUAI SYARIAT ISLAM !!!!!!!! ”
Maka dari itu kalau bisa menulis ttg poligami janngan hanya berheti pada kata “poligaminya” kalau bisa ada terusannya yaitu “Poligami yg tidak sesuai syariat islam” karena hal ini yg akan menjadi JELAS mana yg mau kita kritisi , apa yg poligami sesuai syariat islam atau bukan, sehingga daya kritis kita ini tidak malah menimbulkan masalah.
Intinya saya mendukung Poligami sesuai dengan syariat islam, tapi tidak mendukung Poligami yg tidak sesuai syariat islam, karena hal itulah yg merusak islam itu sendiri.
Mohon maaf kalau ada kata yg salah
Wassalam
Mas Syarif, saya bukan orang yang ahli akan masalah agama Islam. Akan tetapi sejauh pengetahuan yang saya miliki, dengan atau tidak menggunakan syariat islam, poligami tetap saja tidak relevan lagi. realita sosial sudah berkata lain, konsep poligami pun harus di lihat kembali.
Jika anda mendukung poligami, maka menurut saya poliandri pun menjadi sah untuk dilakukan. Akan tetapi, apakah laki-laki mau diduakan?
Soal poligami adalah soal sosial, sehingga memutuskan poligam baik atau tidak jangan hanya menggunakan kacamata agama saja tapi juga menggunakan kacamata sosial. Realita sosial sekarang sudah jauh berbeda dengan jaman ketika poligami diperbolehkan. Saat ini secara sosial masyarakat lebih menghargai perkawinan monogami.
Saya juga gak jago2 amat ttg agama islam mas syaldi, saya juga masih belajar kok. Tapi saya ingin menyuarakan saja apa yg saya dapati selama proses belajar.
Anda (aquino) salah besar kalau poligami tidak disangkut pautkan dengan agama dan malah menggiringnya hanya ke soal sosial saja , poligami itu memang soal sosial juga tapi tidak hanya berhenti disitu, saya lebih menyebut kata agama disitu adalah islam, kenapa ???, karena poligami merupakan salah satu syariat yg ada di islam, saya gak tau kalau poligami itu ada di agama lain, kalaupun ada ini yg membuat jadi rancu, jadi yg ditentang adalah poligami yg mana nih ???, ini yg ada di benak saya kalau ada orang2 yg menentang poligami dan lebih ironis lagi yg nentang itu adalah muslim.
Maka dari itu saya akan bersuara kalau ada yg menentang poligami yg diatur syariat islam , tapi kalau ada di agama lain saya akan diam. makanya nih yg membuat kosa kata “poligami” ini dari agama apa ??.
Karena orang2 hanya mengatakan poligami saja titik. Andaikan kata poligami itu lebih spesifik mungkin kita enak mendiskusikannya , misal poligami versi agama bla..bla..blaa… Kalai kayak gini kan jelas memberikan argumentasinya.
Tapi terlepas dari itu saya akan memberikan sesuatu wacana kepada teman2 karena saya anggap kata “poligami” yg ada disini merupakan poligami versi syariat islam, makanya saya akan memberikan argumentasi islam juga, sangat irasional kalau suatu syariat islam yg sudah qath’i (baku) bisa dikritisi oleh makhluk yg tidak lain ciptaan Allah, jadi kita sangat sombong sekali mengkritisi Allah dengan mengatakan poligami itu tidak sesuai realitas.
Makanya hati2 bagi anda yg berkomentar komentar ttg poligami harus berlandaskan Al Qur’an dan Assunnah, tanpa landasan ini apapun argumentasi anda tidak ada apa2nya, kenapa ?? karena poligami itu udah jelas sekali dalam Al Qur’an.
Dengan kata lain kalau ingin melihat sesuatu yg berasala dari islam harus diawali dengan cara pandang “KEIMANAN” bukan “LOGIKA”, kenapa ??? karena ini bersumber dari Allah (Tuhan) bukan manusia, sudah jelas bahwa Allah itu tidak akan salah, kalau manusia itu ada banyak kesalahan.
Makanya saya sangat heran kalau ada yg mengkritisi Al Qur’an dengan menggunakan kacamata “LOGIKA” ini sangat tidak bisa.
Kalau mengkritisi ttg apapun dalam islam contoh poligami, ya anda harus tahu ttg tafsir al qur’an , sanad hadits shahih, bahasa arab dll. Jadi jangan pake pemikiran orang2 yg mengedepankan logika.
Makanya saya sarankan pandanglah islam pakai kacamat “KEIMANAN” bukan “LOGIKA” , karena kalau pakai “LOGIKA” pasti (walau tdk semua) gak nyambung dengan otak manusia, contohnya ketika Rasulullah SAW Isra Miraj ke langit ke tujuh (Sudratul Muntaha)bisa selesai dalam semalam, kalau kita memakai “LOGIKA” peristiwa ini pasti gak bakaln mungkin, karena di jaman dulu gaka ada pesawat, kalau di jaman sekarang ada pesawat, sekalipun jaman sekarang ada pesawat pasti pesawat itu gak akan bisa mencapainya dan kalau pun nyampai pasti nayampainya ratusan tahun, tapi beda bagi orang2 yg memandangny peristiwa ini dengan “KEIMANAN”, samapai2 Abu Bakar di gelari gelar As Shidiq ( Yg dapat dipercaya) karena mempercayai peristiwa ini, walaupun beliau sempat dikatai orang gila karena mempercayai peristiwa ini.
Maka bagi seorang muslim, kita harus tunduk kepada aturan Allah baik suka maupun tidak suka, baik masuk logika maupun tidak masuk logika. Itulah yg membedakan orang muslim yg beriman dgn yg bukan.
Bukalah Al Qur’an surat Al Imran ayat 7 dan Al BAqarah ayat 24, disitu anda akan temukan bagaimana seorang muslim menyikapi peraturan Allah sekalipun itu irasional.
Contohnya kalau kita ikut perkumpulan pastinya kan kita mengikuti aturan2 yg ada diperkumpulan itu bahkan rela mengorbankan apapun agar peraturan itu tidak ditentang, tapi kenapa kalau peraturan Allah malah ditentang ???
Sekali lagi kalau memandang ISLAM pakai “KEIMANAN” bukan “LOGIKA”, karena ISLAM beda dengan isme (ajaran) yg lain sekalipun isme itu keluar dari pemikiran seorang manusi contoh marxisme, soekarnoisme, Taoisme dll, boleh lah anda menalarnya menggunakan logika anda, tapi ingat anda tidak bisa menggunakan hal yg sama dalam islam.
Tapi bukan berarti islam membelunggu anugerah “LOGIKA” manusia, tidak, tidak sama sekali, malah islam mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya untuk memahami dunia dan segalanya sehingga akan ada rasa perasaan penghambaan dan sadar bahwasanya kita ini manusia yg numpang di dunia ini dan tidak ada apa2nya dengan Allah.
MAKA BERPIKIRLAH 1000 X KALAU MAU BERPENDAPAT POLIGAMI ATAU MENGKOMENTARI HAL ISLAM LAINNYA, KALAU CARA BERPIKIRNYA PAKAI ARGUMENTASI DUNIAWI ATAUPUN LOGIKA
Untuk itulah alasan saya , mengapa saya menetang “POLIGAMI” yg tidak sesuai syariat islam karena tidak sesuai syariat islam, mungkin poligami macam inilah yg di tentang orang banyak buka poligami yg diajarkan islam, karena mereka oknum poligami itu berlindung pada poligami versi islam ini jadinya poligami yg diajarkan islam yg jadi kena salahnya.
Mohon maaf kalau ada kata2 yg salah.
Membunuh juga atas nama agama. Kekerasan atas nama agama. Poligami atas nama Alloh dan nafsu, membuat para kyai, ulama dan tokoh muslim lainnya berulah nakal dan cabul. Padahal jelas sekali bahwa poligami merendahkan derajat wanita.
Kenapa menjadi begini?
Waktu jaman Majapahit, orang Jawa (Gajah Mada, dll) membuat nusantara makmur dan jaya. Orang jawa berkebudayaan tinggi, kreatif dan toleran.
Setelah Islam masuk di Jawa, negara kita hancur korban dari penajahan Belanda, Jepang, dsb. Korban dari korupsi, kekerasan/teror, malapetaka. Dan korban dari imperialisme Arab (Indonesia adalah negara pemasok jemaah haji yang terbesar di dunia). Bangsa Arab ini memang hebat sekali karena telah berhasil menemukan cara untuk memasukkan devisa untuk mereka sendiri. Sedangkan situasi ekonomi negara kita dalam keadaan yang sangat parah. Imperialisme Arab ini memang sangat kejam. Turun-temurun sampai anak-cucu, tidak tahu sampai kapan, nusantara diharuskan membayar “pajak” kepada Imperialisme Arab ini dengan alasan: kewajiban menjalankan rukun Islam.
Padahal, sebelum Islam masuk ke Jawa, orang Jawa sudah menganut agama universal yaitu agama Kejawen.
Bagaimana caranya supaya orang Jawa kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?
Logika nalar sejarah dan Asbabul shiroh yang salah terhadap ISLAM di Indonesia.
Heee…heeee..heeee…..hare gene masih percaya ama kejawen, kayak jaman batu aja.
Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menyesatkan Kita Sebagai Umat Islam.
Berikut ini, saya tunjukkan dua ayat dari Al-Qur’an yang mengajar umatnya kekerasan dan memusuhi orang yang tidak beragama Islam.
Kita bisa bilang apa saja. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, orang muslim menganggap kafir dan musuh setiap orang yang beragama lain dari Islam.
Inilah ayat-ayatnya di bawah:
Q.S. Al-Baqarah (2) : 6 – 7,
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman [6].”
“Allah telah mengunci mati hati (qalb-qalb, quluubihim) dan pendengaran mereka, dan pengelihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat [7].”
Jadi menurut Al-Qur’an orang yang tidak beragama Islam semuanya tidak beriman, semuanya laknatullah, atau semuanya ahli neraka.
Jadi, secara sederhana orang muslim menganggap bahwa orang kafir adalah orang yang qalb-nya masih tertutup dari Al-Haqq (kebenaran ilahiyah), dan hal ini orang muslim secara langsung mengaitkannya dengan orang-orang yang tidak beragama Islam.
Buktinya terlihat dalam sikap sehari-hari orang muslim yang terus-terusan membuat keonaran, seperti bom-bom di Bali (segelintir orang Arab bisa membikin negara kita kacau), FPI (oragnisasi anarki), ICMI (dengan fatwa-fatwanya ala jaman purbakala) dsb.
Kita sedang disesatkan oleh Al-Qur’an.
Demikan supaya bermanfaat.
Heeee…heeee..heeeee… 😀 Tuh kan pragmatis sekali dalam menafsirkan Al Qur’an. Gampang bannget nuduhnya tanpa analisa yang komperehensif (As Syamil).
Tapi sebelum saya menanggapi komentar anda, siapa anda sebenarnya, agama anda apa, dari kelompok apa ?? jawab itu dulu deh, kalau saya kan jelas pasti saya dari agama islam, situ enak dong bisa tau saya sedangkan saya tidak tau situ, jadinya saya dalam posisi yg defense ( bertahan menjawab pertanyaan2), coz saya sering nih kayak gini saling beri pendapat ama orang yg gak jelas, so , jawab dulu ya pertanyaan saya , peace 😀
BTW, namanya asli atau “topeng” ????? ***heeee…heee…heeee… 😀
Bung Saleh dan Bung Syarif, diskusi anda telah melenceng dari tulisan ini. Saya minta agar komentar diluar topik diatas tidak dimasukkan karena justru akan menyesatkan.
Iya saya juga setuju mas syaldi, coz ini udah melenceng, mohon maaf mas syaldi kalau saya pernah nanggapin komentarnya bung saleh aziz sebanyak 2 x, sekali lagi mohon maaf 🙂
PERLAKUAN KASAR DIBENARKAN OLEH AL-QUR’AN
Bacalah kutipan surah an-Nisa ayat 34: “…Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka…”
Ini jelas sekali bahwa, di lingkungan muslim, wanita adalah korban dari kekerasan fisik, penghinaan, pelecehan seksual. Semuanya itu dihalalkan oleh Al-Qur’an.
POLIGAMI = PELECEHAN WANITA
Dalam al-Qur’an, ada ayat yang secara eksplisit membolehkan poligami: dua, tiga atau empat orang isteri. Ayat inilah yang selalu menjadi senjata pendukung poligami untuk membenarkannya menurut optik Islam.
Potongan pertama “ayat poligami” di Qur’an, seakan menyusun tangga jumlah keutamaan pernikahan. Di mulai dari dua, tiga, lantas empat. Yang paling reflek ditangkap logika biasa: cobalah dua dulu; kalau masih berminat, bisa tiga; jika masih ada kemauan dan kemampuan, boleh nambah menjadi genap empat. Bahkan, sementara umat Islam, ada yang sampai hati menjumlahkan bilangan-bilangan yang disebut Tuhan di al-Quran tersebut. Dua plus tiga, plus empat, sehingga menghasilkan jumlah yang fantastis dan menguntungkan kecenderungan pernikahan seseorang. Perbedanaan pemahaman ini tidak lepas dari permasalah hermeneutika (cara tafsir) atas ayat al-Qur’an. Masalahnya adalah, apakah penyebutan dua, tiga, empat, lantas kemudian satu, menunjukkan yang disebut pertama lebih utama (afdlal) dari yang kemudian? Kalau itu dilihat sebagai urutan keutamaan, ya poligami menjadi pilihan.
Yang sering terlupakan adalah kelanjutan “ayat poligami” ini. Justru, yang terlupakan inilah sebetulnya ruh ayat itu. Yaitu: masalah keadilan. Keadilan atas siapa? Tentu yang dimadu (perempuan). Dari sudut pandang siapa keadilan itu? Ya, jelas sudut pandang perempuan. Sebab, yang menjadi objek poligami adalah perempuan; yang makan hati dan tahu takaran keadilan poligomos adalah perempuan itu sendiri, utamanya yang dimadu (yang terlecehkan).
KRISIS BESAR MELANDA NEGARA IRAN
Iran adalah salah satu negara terkaya di dunia dilihat dari tambang minyak.
Tapi sejak para mollah memerintah di negara ini dengan sistim agama yang mencampuri setiap segi kehidupan orang Iran, maka sekarang negara persia ini mengalami krisis besar. Kehidudapan di Iran saat ini sangat susah. Jauh lebih susah dari pada kehidupan waktu di Rusia komunis (USSR). Anak-anak muda sekarang berontak. Jangan-jangan negara ini menjadi seperti Afganistan.
Gara-gara agama, suatu negara bisa hancur.
Sayang sekali!
@ Syarif, saya setuju dengan anda mengenai pemakaian nalar untuk beragama.
Di Forum Religiositas Agama, saya menemukan artikel yang menarik sekali. Ini situsnya: http://hatinurani21.wordpress.com/
@ syaldi,
Agama Islam banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang disebut penyembah berhala atau kafir. Salah satu dogma utama adalah “pengadilan terakhir” yang dipinjam oleh agama Islam dari agama Zoroaster Persia, seperti yang diuraikan secara objektif di artikel ini. Ini situsnya: http://religi.wordpress.com/2007/03/16/agama-langit-dan-agama-bumi/
Saat ini, Indonesia mengalami krisis multi-dimensi. Sedangkan sebagian besar dari krisis ini disebabkan oleh agama.
Agama Islam adalah agama dari rumpun Abrahamik seperti halnya Kristen dan Yahudi. Ketiga agama ini menanamkan kebencian, permusuhan dan kekerasan sepanjang massa.
Penduduk Indonesia adalah 60% berada di Jawa. Jadi kekuatan ada di Jawa. Kalau orang jawa segera meninggalkan agama rumpun abrahamik dan kembali kepada Kepercayaan asli, maka sebagian besar dari krisis ini akan hilang dan Indonesia akan seketika sembuh dari krisis ini.
Indonesia adalah negara besar, kaya dengan sumber alam. Indonesia tidak berhak mempunyai nasib yang sepuruk ini.
Assalaamu’alaikum.
Saya sangat setuju dengan poligami.
Saya mempunyai seorang teman yang sudah mempunyai seorang istri + 2 anak. Dia mau tidur seranjang dengan gadis yang berumur 9 tahun. Gadis ini adalah anak dari seorang teman akrabnya. Teman saya ini mau mencontohi Nabi Muhammad SAW.
Teman saya ini mengetahui bahwa gadis tsb bukan milik ayahnya, melainkan milik Alloh.
Pertanyaan saya: Berhakkah si Ayah menolak permintaan teman saya ini? Apakah si ayah akan masuk neraka karena menolak ajaran Rasulullah?
Terima kasih atas pertolongannya untuk menjawab pertanyaan ini.
Wassalam
Assalaamu’alaikum.
Saya menemukan posting yang sangat menarik tentang: Doktrin-Doktrin Yang Kurang Perlu dalam Islam. Ini link-nya: http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1312
Selamat membaca dan terima kasih,
Wassalam
Bung Solihin, jika anda setuju dengan poligami, itu adalah hak anda
Saya hanya ingin menggarisbawahi pernyataan anda [b]”…Dia mau tidur seranjang dengan gadis yang berumur 9 tahun. Gadis ini adalah anak dari seorang teman akrabnya. Teman saya ini mau mencontohi Nabi Muhammad SAW…”[/b].
Apakah jika seseorang ingin tidur dengan seorang gadis bocah harus menikahitnya? Kecuali jika apa yang anda maksud dengan tidur adalah bersetubuh, itu cerita lain. Itu dosa bung…!
Dengan merujuk pada pernyataan saya di atas, jika saya menjadi ayah anak tersebut, sudah pasti saya tolak mentah-mentah! Bahkan kalau perlu saya menendang pan&*% nya agar keluar dari rumah. Ini bukan masalah anak itu miliki siapa. Anak adalah amanah Allah SWT. Jika ada yang ingin melecehkannya, saya akan mempertahannkannya dengan nyawa saya. Lagi pula, apakah itu ajaran Rasulullah? Saya tidak yakin. Anda pasti telah salah atau tidak tepat menginterpertasikan anjaran Nabi Muhammad SAW seperti mereka yang menggunakan agama untuk kepentingannya. So.. saya mungkin salah, tapi itu yang saya percaya!
Memang satu-satunya agama yang dibela oleh pemerintah adalah agama Islam.
Sikap pemerintah seperti ini sangat berbahaya.
Resikonya adalah:
Bagi umat Islam yang anti pemerintah, hal ini adalah peluang yang sangat bagus untuk menentang pemerintah. Umat muslim tidak usah menunggu pemilihan umum untuk menentang pemerintah yang sekarang.
Kalau umat muslim mau menentang pemerintah yang sekarang, cukup dengan meinggalkan agama Islam untuk memeluk agama lain selain Islam. Meninggalkan agama Islam berarti anti pemerintah yang sekarang. Reaksi ini lebih ampuh dari pada menyoblos di pemilu. Hasil penghitungan suara di pemilihan umum bisa direkayasa dan dicurangi. Tetapi meninggalkan agama Islam ke agama lain adalah reaksi yang tidak bisa dikontrol oleh pemerintah. Dan pemerintah nanti hanya bisa gigit jari.
Inilah resiko yang dihadapi oleh pemerintah yang kerjanya hanya membela agama Islam.
Organisasi-organisasi muslim yang bringas didukung oleh oknum-oknum kepolisian & aparat keamanan pemerintah.
Sudah sering terjadi pengerusakan rumah-rumah ibadah umat lain, sweeping, fatwa-fatwa dan kekerasan lainnya yang dilakukan oleh organisasi muslim terhadap umat agama lain. Sedangkan sebagian dari para preman ini adalah anggota polisi dan aparat keamanan lainnya yang berpakaian sipil. Pemerintah juga bersikap seolah-oleh memberi semangat kepada preman-preman ini sehingga mereka merasa berada di atas hukum apapun yang berlaku di negara Indonesia.
Juga anggota polisi pada umumnya hanya menonton para preman yang melakukan pengerusakan & sweeping. Anggota polisi malah melindungi oknum-oknum yang berkelakuan bringas itu.
Sedangkan polisi dan aparat keamanan pemerintah seharusnya melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan agama, kepercayaan, suku, dsb.
Kita yakin bahwa ada umat muslim yang tidak mentolerir dan tidak setuju dengan kelakuan polisi dan aparat keamanan yang secara terang-terangan memihak kepada golongan mayoritas.
Tetapi, pemerintah tidak menyadari bahwa walaupun polisi dan aparat keamanan mempunyai senjada api, rakyat jelata (masyarakat muslim yang kurang simpati terhadap polisi) mumpunyai senjata yang jauh lebih ampuh dari pada senjadi api. Sejata yang ampuh ini adalah agama.
Masyarakat muslim yang tidak simpati terhadap tindakan polisi yang memihak ini bisa mengeluarkan reaksi yaitu mereka bisa meninggalkan agama Islam. Mereka bisa mengalih ke agama lain. Kalau hal ini terjadi/sedang terjadi, maka senjadi api polisi itu tidak ada artinya.
Untuk Khaled…
Saya tidak sepakat jika anda mengatakan bahwa musuh Islam adalah Al-Qur’an. Pernyataan anda sangat naif dan tendensius, tidak jelas apa yang anda ingin sampaikan. Pertama, Al-Quran adalah kitab yang menjadi acuan umat muslim. Bagaimana mungkin itu menjadi musuh? Logika… ?! Kedua, apakah ada sesuatu yang salah dengan Al-Qur’an? Saya tidak melihat relevansi komentar anda dengan permasalahan yang ingin dilempar?
Saya akan sepakat jika anda mengatakan bahwa Al-Qur’an telah diinterpertasikan oleh segelintir orang dengan kepentingan masing-masing sehingga menghilangkan esensi ajaran Islam sendiri.
@ syaldi,
Memang saya setuju dengan anda bahwa Al-Quran adalah kitab yang menjadi acuan umat muslim.
Tapi anda setidaknya menyadari bahwa manusia pada awalnya adalah mulia, murni dan toleran.
Sedangkan Alqur’an mempenjarakan umat muslim supaya menjadi garang, berjiwa lemah, fragile, mudah kesurupan, mudah tersinggung/sakit hati, suka menghujat, tidak toleran, mudah dihasut dan diadu-domba, mau benar sendiri, tidak tahu tata susila (melakukan sweeping), bringas merusak tempat-tempat ibadah umat lain, membunuh atas nama Tuhan, mengeluarkan fatwa-fatwa yang norak, dan melakukan keonaran-keonaran lainnya.
Alqur’an menjadikan umat muslim bertentangan dengan kodrat manusia.
Jadi Alqur’an merupakan musuh yang paling berbahaya bagi Islam.
@khaled:
Pertanyaan saya yang pertama untuk menanggapi anda adalah: “apakah anda sudah membaca dengan tuntas Al-Qur’an?” Kedua, apakah anda menginterpertasikan kandungan atau esensi dari ajaran Islam yang berada dalam Al-Qur’an dengan pemikiran yang obyektif?
Saya justru curiga bahwa anda tidak jauh berbeda dengan para fundamentalis Islam maupun lainnya yang melihat sebuah kitab suci agama/keyakinan lainnya dengan prasangka. Secara pribadi, saya tidak pernah merasa bahwa Al-Qur’an mendukung apa yang anda tuduhkan. Justru orang seperti anda bersama fundamentalis agama yang melakukan pengajaran kebencian agar mengadu domba umat manusia dengan dalih atas nama agama.
Saran saya, jika anda anda ingin membuat perubahan atau tidak setuju dengan satu hal, kritiklah dengan konstruktif sehingga ada output yang jelas. Sehingga, anda tidak hanya mencaci maki malinkan berkontribusi pada perubahan!
@khaled atau siapapun nama anda.
Dengan berat hati saya harus menghapus komentar anda karena semakin tidak relevan. Selain itu, anda hanya mengulang pernyataan anda tanpa argumentasi yang logis.
Poligami itu dihalalkan oleh Alquran.
Membaca Playboy dan nonton film porno pun dihalalkan oleh FPI.
Habieb Rizieq Shihab (pemimpin FPI) ternyata senang membaca majalah Playboy dan nonton VCD porno !
Bagaimana dengan orang-orang MUI ??? Pastilah mereka malah lebih parah lagi dari Rizieq Shihab yang moralnya bobrok ini.
Beginilah ulah dari orang-orang yang memekikkan nama Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang dangkal, artifisial, sekedar formalitas, dan yang pada dasarnya membuat umatnya bermoral bobrok.
Wakss… ternyata tulisanku masih dijadikan tempat orang yang suka manas-manasin pihak lain. Nggak usah menjelekkan orang lain mas hamid (kalau itu nama asli). Toh anda tidak lebih baik dengan menggunakan nama dan e-mail palsu :p
Assalaimulaikum Wr.Wb
Kami sampaikan salam ini khusus bagi kaum muslimin dan muslimah.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Bagi anda yang memiliki pandangan2 yang menghujat Alqur’an tolong anda pelajari tidak sepotong-potong.
Sayapun banyak sekali melihat kitab2 suci agama lain banyak ajaran2 yang janggal. Namun di forum ini nampaknya tidak perlu kita saling menghujat.
Alangkah indahnya kalau perdebatan2 ini bisa kita diskusikan secara akademis dengan bahasa yang santun dan tidak saling menjatuhkan.
Sehingga kita bisa melihat dengan kepala dingin dan hati yang lapang mana ajaran2 yang baik dan benar.
Demikian usulan dari saya.
H. Ery Subada
Sekali lagi saya mengajak semua umat muslim dan muslimah wajib mempelajari Alqur’an secara mendalam dengan melalui kajian2 ilmiah.
Ibarat kata kalau kita ingin belajar jadi tukang mie maka tanyakanlah pada pakar pembuat mie, yang artinya kalau saudara2 kita non muslim ingin bertanya mengenai Alqur’an tanyakan pada pakar Alqur’an, banyak sekali pakar2 Alqur’an diantaranya Prof Quraisshihab.
Demikian surat terbuka ini kami sampaikan besar harapan akan menjadi diskusi yang baik bagi kita semua.
Sepakat! Baru ada komentar yang membuat hati agak sedikit sejuk. Memang sudah seharusnya kita membaca ataupun menanggapi persoalan di atas dengan kepala dingin. Perbedaan adalah hal yang wajar, tapi yang penting adalah bagaimana kita menghadapi perbedaan tersebut. Itulah orang yang beriman, bukan dengan berteriak Allahu Akbar namun menghujat dan menyakiti sesama umat manusia!
perkara menentang atau tidak terserah tiap org. jika gw bicara sebagai lelaki, gw merasa nyaman, dan jika gw berbicara sebagai perumpamaan seorang perempuan, mgk gw merasa sedih, sesedih kemiskinan, patah hati …
namun jika gw berbicara sebagai seorang muslim, maka gw gag punya pilihan. jika gw menentang berarti gw menentang sesuatu yg sdh ditentukan oleh Sang Khalik halal-haramnya. kdg gw ber’andai-andai, andai bir itu halal, andai zina itu halal, andai inex itu halal, andai bunuh diri itu halal … namun tetap saja, halal adl halal, haram adl haram, gw gag bs menentangnya.