Sebenarnya, hasil jalan-jalan ke Phnom Penh ingin aku tuliskan secara kronologis akan tetapi sepertinya sangat sulit. Pertama sulit untuk mengingat kembali dan kedua sepertinya lebih nyaman menulis perbagian sehingga mempermudah pembaca untuk memahami Phnom Penh dari sudut pandangku.
Seperti dalam tulisanku sebelumnya, perjuanganku selanjutnya adalah mencari makan yang cocok dengan lidahku. Sebelumnya, aku cukup yakin bahwa selama makanan itu masih berselera asia, sudah pasti aku bisa lahap dengan tenang. Ternyata, aku terbukti salah! Ada beberapa makanan khas Kamboja yang tidak bisa aku terima…
Oh iya, untuk informasi saja, warung atau restoran di Kamboja menyajikan makanan dengan berbagai daging, termasuk babi. Sebaiknya, pilihlah makanan dengan menanyakan terlebih dahulu daging apa yang digunakan. Tidak sedikit dari waitress akan menanyakan akan menggunakan daging apa. Tapi sebaiknya anda menanyakannya juga.
Nah, di bawah ini adalah tempat makan yang aku rekomendasikan saat berada di Phnom Penh.
Restoran ini menyediakan berbagai makanan yang bervariasi. Kita bisa mendapatkan menu western, Asia hingga makanan khas Khmer. Lokasinya tidak jauh National Museum.
Kelebihan dari restoran ini adalah dikelola oleh sebuah NGO yang bergerak di bidang pemberdayaan dan pendidikan anak jalanan. Sangat mudah mengenalinya, kita tingga melihat dari pakaiannya. Jika di belakang seragamnya tertulis Teacher, maka dia adalah semacam Tutor. Biasanya, Tutor ini yang menerima order dan melakukan penghitungan. Sementara jika tertulis student, mereka adalah anak-anak jalanan yang sedang belajar. Mereka bertugas untuk menjadi waitress.
Kami harus antri sekitar 20 menit karena tempatnya sangat penuh. Saat bertemu seorang ibu yang baru selesai, dia menyarankan kami untuk memesan 3 porsi makanan untuk setiap orang. Dia menambahkan, kami pasti tidak akan merasa rugi karena makanannya sangat enak. Okay, walaupun belum kami rasakan tapi kami asumsikan bahwa makanannya memang enak.
Kami memesan beberapa jenis makanan, hampir semuanya makanan khas Khmer. Sebenarnya, aku tidak terlalu menikmati makanan khas Khmer yang rata-rata asam atau manis. Namun karena teman-teman yang lain ingin mencobanya, dengan terpaksa ikut dengan mereka. Setelah memesan secara acak, akhirya kami memesan 12 porsi! Bisa anda bayangkan? Aku khawatir kami tidak bisa menghabiskan semua makanan itu. Akan tetapi, ternyata dugaanku salah! Kami melahap semua makanan itu sampai tuntas!
Untuk masalah rasa, bisa dijamin! Aku bersama 3 orang temanku mengakui bahwa selama berada di Phnom penh, baru kali ini kami menikmati makan malam yang nikmat. Oh iya, ibarat pepatah lama “ada uang ada rasa”, harga di tempat ini terbilang mahal. Kami berempat menghabiskan sekitar US$ 45 untuk 12 jenis makanan di sana. Toh, keuntungan dari tempat ini akan digunakan untuk pendidikan anak-anak jalanan.
Warung Bali
Dari namanya saja, sudah ketahuan kalau restoran ini menyediakan makanan Indonesia. Lokainya juga tidak jauh dari National Museum. Mungkin sekitar 200 m ke arah suangi Mekong. Aku mengetahui tempat ini karena dibawa oleh Avi, salah seorang sahabatku di Indonesia untuk makan malam. Katanya, jika dia lagi kangen atau rindu berbicara dengan orang Indonesia, maka tempat inilah yang menjadi pilihan.
Pengelolanya yang sudah tinggal 16 tahun di Kamboja. Warung Bali menyediakan berbagai makanan khas Indonesia seperti Gado-gado, Sate Ayam dan Tumis Kangkung. Salah satu menu andalannya Ayam Bakar Bali dan Rendang. Tentu saja rasa tidak akan sama dengan yang di Indonesia, akan tetapi jika kita ingin mencicipi masakan Indonesia, di sinilah tempat yang terbaik. Oh iya, sebagai informasi, hanya pengelolanya saja yang bisa berbahasa Indonesia, sisanya adalah orang Kamboja.
Sebagai tambahan, tim kerjaku beberapa kali ku ajak ke tempat ini untuk makan malam. Awalnya aku ragu untuk mengajak mereka, maklum kami berasal dari belahan dunia yang beda sehingga sudah pasti taste-nya beda. Namun pada akhirnya, kami menikmati beberapa kali makan malam di sana.Jangan ditanya soal harga, di tempat ini boleh dikatakan harganya sangat terjangkau. Sekali makan malam untuk empat orang, kami menghabiskan US$ 18! Sangat murah untuk kami yang punya dana terbatas!
Romdeng
Tempat ini tidak jauh berbeda dengan Friends, tempat ini dikelola oleh anak-anak jalanan. Setelah mencari tahu dari selebaran yang ada di tempat itu, kami baru tahu kalau ternyata mereka (Friends dan Romdeng) berafiliasi. Dari sis harga, mungkin Romdeng agak sedikit lebih mahal.
Yang berbeda adalah tempat dan suasananya. Tempatnya lebih nyaman untuk menghabiskan waktu. Kita bisa memilih tempat di dekat kolan renang atau semacam bungalow jika ingin menikmati suasananya.
Berhubung aku tidak makan babi, aku menyarankan anda untuk mencoba Khmer Moslem Curry! Kari sapi yang begitu lezat disajikan dengan roti baquet dapat membuat perut anda kenyang! Anda bisa menikmati red atau white wine dengan harga yang terjangkau.
frizz
Ini adalah salah satu tempat yang direkomendasikan oleh Avi. Aku mengunjunginya bersama Tom dan Avi karena dua rekan timku sudah pulang. Tempatnya tidak besar, bahkan cukup sempit namun makanannya cukup lumayan.
Saat berada di tempat ini, anda harus mencoba Fish Amok-nya. Amok adalah makanan khas Khmer yang terdiri dari ikan yang dimasak dengan menggunakan santan kelapa hingga menyatu.
Dikarenakan aku tidak makan ikan sehingga aku memilih untuk mencoba makanan lain. Sayangnya, aku lupa namanya! Makanan itu terbuat dari mie bihun dengan potongan daging sapi serta saus kacang yang sangt kental. Lumayan enak dan anda harus mencobanya.
Harganya pun tidak terlalu mahal. Kami makan makan bertiga hanya menghabiskan US$ 18.
Living Room
Nah, ini tempat yang cozy untuk menghabiskan waktu. Tempat ini lebih mirip seperti cafe atau tempat nongkrong walaupun menyediakan beberapa masakan. tempatnya sangat asri dan teduh. Terkadang tempat ini sangat ramai, terutama hari sabtu dan minggu.
Banyak pekerja NGO asing yang menghabiskan waktunya di tempat ini. Dalam satu kesempatan, aku sempat melihat beberapa pekerja NGO memanfaatkan sebagai tempat pertemuan. Yup, terdapat beberapa ruangan yang disediakan untuk meeting. Sepertinya, pengelola tempat ini pandai memanfatkan kebiasaan pengunjung atau memang menargetkan pengunjung adalah pekerja NGO.
Fasilitasnya cukup lumayan. Dengan memesan satu minuman, kiat sudah bisa nongkrong sambil menikmati koneksi internet gratis. Tidak sedikit yang leyeh-leyeh sambil membaca buku untuk membunuh waktu.
Tidak ada makanan yang lumayan di tempat ini. Tapi anda harus mencoba minumannya! Menurutku, cappucino di tempat ini yang paling enak dibanding dengan tempat lain di Phnom Penh. Jangan lupa untuk mencicipi Banana split. Harganya pun cukup terjangkau. Minumannya berkisar US$ 1,5-2,5.
Sebenarnya masih ada beberapa tempat lain, namun yang aku sebutkan diatas adalah tempat yang bisa aku rekomendasikan. Tidak mudah mencari retoran atau tempat makan yang menyediakan makanan yang lumayan dan terjangkau di Phnom Penh.
3 comments
wah,,, next month sya juga mau ke phnom penh,,,
btw, di sana memang semuanya make dolar ya?
Hei Mega, Terima kasih sudah singgah. Yup, itu kenyataannya! Sebenarnya mereka tetap menggunakan Riel sebagai mata uang mereka. Namun, jika menggunakan dollar maka akan lebih mudah karena mereka lebih senang menggunakan Dollar. Hampir semua sektor di sana menggunakan kedua mata uang tersebut. Jadi jangan kaget kalau kamu berbelanja menerima dua jenis mata uang, Riel dan US Dollar. Aku mengusulkan kamu tetap menggunakan Dollar supaya tidak terlalu Sulit.
Saya berencan kePhnom penh minggu depan dari vietnam pake Bus. Nama terminal busnya apa ya? dan yang terdekat hotel murah dan tidak jauh dari warung bali ada nggak ya? kalau boleh alamat warung balinya ada ya?
Thanks
Andi